TUGAS
DASAR KOMUNIKASI
“ BELAJAR DARI PETANI SRI ORGANIK SUKSES ”

Oleh
:
Nama : Aris Budiman
NIM : 115040100111005
Kelas :
D
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011
Pengertian
Komunikasi
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication,
dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik
bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang
melakukan aktifitas komunikasi tersebut (Dosen Agustina Zubair Pengantar Ilmu Komunikasi)
Menurut lexicographer (ahli kamus
bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai
kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap
pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Komunikasi adalah suatu proses melalui
mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk
kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (Menurut
Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory)
Komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain (Berelson
dan Stainer, 1964)
Unsur-unsur Komunikasi
·
Sumber
Sumber adalah
pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang
memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu
negara sebagai komunikator (Lasswell, 1960).
·
Komunikator
Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal
budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.
Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari :
Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari :
(a) satu orang;
(b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang;
(c) massa (Lassawell, 1960)
(b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang;
(c) massa (Lassawell, 1960)
·
Pesan
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat
konkret maka dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa
tulisan.
Pesan bersifat verbal (verbal communication) :
(1) oral (komunikasi yang dijalin secara lisan);
(2) written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).
Pesan bersifat non verbal (non verbal communication) :
(1) gestural communication (menggunakan sandi-sandi à bidang kerahasiaan) (Lassawell, 1960)
Pesan bersifat verbal (verbal communication) :
(1) oral (komunikasi yang dijalin secara lisan);
(2) written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).
Pesan bersifat non verbal (non verbal communication) :
(1) gestural communication (menggunakan sandi-sandi à bidang kerahasiaan) (Lassawell, 1960)
·
Channel atau
Stasiun
Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari
komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap
muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll) (Lassawell,
1960).
Fungsi Komunikasi
William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30)
mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui
komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok
belajar, perguruan tinggi, RT, desa, …, negara secara keseluruhan) untuk
mencapai tujuan bersama.
1. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan
kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang
diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita
belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan
siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir
anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa
tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian.
George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant
others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita yang
mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih
kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang
tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai
affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan
emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri
kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok
rujukan) yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh
terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan
perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda
memilih kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan
norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri
sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut
persepsi anda.
2. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk
menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih
tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi
diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun mereka
sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok
masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebarm
mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.
3. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan
memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain,
untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memnuhi
kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog
berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia
yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah,
yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan
fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang
lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan
keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya
meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki,
pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan
sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk
membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas
masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan
(emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui
pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih,
takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa
disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan
kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan
kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya,
mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan
melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites
of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,
siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan
kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus
lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji,
upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda,
perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka
yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau
agama mereka.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,
yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan
tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk
menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan
tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang
dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain
demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai
tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan
jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,
menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material,
ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan
(impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti
berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya
yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti
yang kita inginkan.
Pembahasan Tentang Sumber
Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa
seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator (Lasswell,
1960).
Seperti keterangan diatas bahwa sumber itu bisa
berasal dari siapa saja yang pelaku/pihak utamannya mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi disini saya mengambil sumber dari Kisah Sukses Kader Petani SRI
Organik: Dari ilegal logger ke best farmer. Berikut cerita kisahnnya.
Mengapa
SRI-Organik
Pola pertanian padi SRI Organik
(beras organik/organic rice) ini merupakan gabungan antara metoda SRI (System
of Rice Intensification) yang pertamakali dikembangkan di Madagascar, dengan
pertanian organik. Metode ini dikembangkan dengan beberapa prinsip dasar:
·
Pemberian pupuk organik
·
Peningkatan pertumbuhan akar tanaman dengan pengaturan
pola penanaman padi yaitu dengan jarak yang renggang.
·
Penggunaan bibit tunggal tanpa dilakukan perendaman
lahan persawahan.
Pemilihan pengembangan pola tanam
padi SRI Organik untuk menghasilkan beras organik (organic rice) yang juga
termasuk sebagai beras sehat (healthy rice) berdasarkan pertimbangan beberapa
hal berikut :
·
Aspek lingkungan yang baik dengan tidak digunakannya
pupuk dan pestisida kimia, serta menggunakan sedikit air (tidak direndam)
sehingga terjadi penghematan dalam penggunaan air.
·
Aspek kesehatan yang baik yaitu tidak tertinggalnya
residu kimia dalam padi/beras akibat dari pupuk/pestisida kimia juga terjaganya
kesehatan para petani karena terhindar dari menghirup uap racun dari pestisida
kimia.
·
Produktifitas yang tinggi sebagai hasil dari diterapkannya
prinsip penanaman SRI. Untuk lahan yang sudah mulai pulih kesuburan tanah dan
ekosistem sawahnya, hasil yang diperoleh bisa mencapai lebih dari 10 ton/hektar
dimana dari benih tunggal bisa menghasilkan sampai lebih dari 100 anakan
(malai).
·
Kualitas yang tinggi, beras organik (organic rice)
yang juga merupakan beras sehat (healthy rice) selain tidak mengandung residu
kimia juga aman dikonsumsi oleh para penderita diabet, penyakit jantung,
hipertensi dan beberapa penyakit lainnya.
Untuk meningkatkan pemahaman
mengenai metode pertanian SRI Organik, selanjutnya penjelasan mengenai apa yang
dimaksud dengan sistem tersebut akan dijelaskan secara terpisah.
Metode Pertanian Padi System of Rice Intensification
(SRI)
SRI (system of rice intensification)
dikembangkan di Madagascar 20 thn yang lalu oleh Fr. Henri de Laulanié, S.J.,
yang menghabiskan waktu selama 34 tahun bekerja bersama petani, mengamati,
bereksperimen, dan juga mendapatkan ‘keberuntungan’ pada tahun 1983-1984.
Metoda ini dikenal juga dengan nama Metoda Madagascar. Pada tahun 1994 Tefy
Saina (lembaga swadaya masyarakat) dan CIIFAD (Cornel International Institute
for Food and Agriculture Development) mulai bekerjasama dalam pengembangan SRI.
Dengan bantuan CIIFAD khususnya dari Prof. Norman Uphoff, SRI menyebar ke
negara lain. Nanjing Agricultural University di China dan AARD (Agency for
Agriculture Research and Development) di Indonesia melakukan percobaan pertama
di luar Madagascar pada tahun 1999.
Prinsip Utama SRI:
·
Top of Form
·
Bottom of Form
·
Penanaman bibit muda (8-12 hari setelah berkecambah)
·
Jarak penanaman yang lebar (minimal 25cm x 25 cm, 1
bibit per titik)
·
Menghindari trauma pada bibit saat penanaman
(penanaman maks. 30 menit setelah bibit di ambil dari penyemaian)
·
Penanaman padi secara dangkal
·
Manajemen Air (Tanah dijaga terairi dengan baik, tidak
terus menerus direndam dan penuh, hanya lembab)
·
Meningkatkan aerasi tanah dengan pembajakan mekanis
·
Menjaga keseimbangan biologi tanah (Penggunaan Pupuk
dan Pestisida Organik
Perbedaan paradigma dengan konsep revolusi hijau
melalui intensifikasi pertanian, dalam revolusi hijau:
·
Mengubah potensi genetik dari tanaman,
·
Meningkatkan penggunaan input-input eksternal (lebih
banyak air, lebih banyak pupuk, insektisida, dll).
Pada awalnya metode ini cukup sukses meskiun dengan
biaya produksi yang tinggi, namun dalam jangka panjang produksi menurun dan
tanah menjadi rusak. Perbedaan utamanya adalah : SRI hanya mengubah cara
petani dalam mengelola tanamannya, tanah, air dan nutrient. Perubahan ini
mengurangi penggunaan air dan biaya produksi dan menyebabkan peningkatan faktor
produktivitas dan pendapatan petani. Keuntungan ini hasil dari (a)
peningkatan pertumbuhan dari sistem akar, dan (b) meningkatkan berlimpahnya dan
beragamnya organisma tanah, yang pada gilirannya memberikan kontribusi pada
produktivitas tanaman (Bayu Area.blog Mahasiswa Universitas Brawijaya)
KISAH
SUKSES KADER PETANI SRI ORGANIK: Dari Ilegal Logger ke Best Farmer

Konflik bersenjata yang terus memburuk di Aceh
akhirnya membuat perusahaan dimana Mauliddin bekerja sebagai juru masak harus
tutup, sehingga akhirnya Mauliddin terpaksa kembali ke desa dan kembali ke
pekerjaan lama sebagai pemanjat kelapa atau penarik kayu dari hutan. Dia juga
mengurus lahan sawah milik keluarganya dengan cara konvensional yang hanya bisa
panen setahun sekali karena tidak didukung oleh metode maupun pengairan yang
tepat dan hasil yang sangat sedikit.
Karena
konflik bersenjata yang berkepanjangan juga mendera desa sekitar, Mauliddin dan
keluarganya terpaksa ikut mengungsi dan pernah tinggal selama bertahun-tahun di
pengungsian dengan kondisi penampungan yang sangat tidak layak huni. Konflik
bersenjata yang terus terjadi semakin diperburuk dengan datangnya bencana
tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004. Dengan tragedi konflik dan bencana alam
yang datang tiba-tiba ini membuat kondisi mereka di pengungsian semakin parah.
Bahkan untuk bertahan hidup saja Mauliddin dan para pengungsi lainnya pernah
terpaksa memakan “Janeng” (sejenis keladi hutan) selama berbulan-bulan.
Ketika Caritas Czech Republic
(CCR) datang ke Kabupaten Aceh Jaya pada Tahun 2008 untuk membantu
membangkitkan kembali mata pencaharian masyarakat korban konflik, Desa Masen
tempat Mauliddin tinggal terpilih sebagai salah satu desa untuk dikembangkan
sistem pertanian organik dengan metode SRI. Mauliddin menjadi salah satu
anggota kelompok tani “Cicoba” (kelompok tani yang khusus dibentuk untuk
mencoba metode SRI) yang beranggotakan 47 orang (6 Perempuan: 41 Laki-laki).
Pada awalnya lelaki pemalu ini
merasa kurang tertarik dengan kegiatan SRI yang diperkenalkan Caritas, apalagi
dengan metode SRI yang menurut mereka aneh karena diluar kebiasaan cara
bercocok tanam. Walaupun awalnya skeptis, Mauliddin tetap mencoba mengikuti
segala aktivitas kelompok bahkan selalu hadir pada saat sekolah lapang. Hal ini
menarik perhatian ketua kelompok tersebut untuk mengangkat Mauliddin menjadi
sekretaris kelompok. Dengan datangnya rasa tanggung jawab sebagai sekretaris
mulailah Mauliddin bersungguh- sungguh melaksanakan tanggung jawab di kelompok.
Berbagai kegiatan diikuti, pelatihan sekolah lapang di desa maupun pelatihan ke
luar daerah yang diberikan oleh Caritas diikutinya secara sungguh-sungguh. Hasil-hasil
pelatihan yang diterima baik di lapangan secara langsung maupun pelatihan di
luar daerah dibagikan Mauliddin kepada anggota kelompok taninya.
Pendampingan metode SRI yang
dilakukan CCR mulai dari pengolahan lahan, proses pembibitan, metode penanaman
di lahan percontohan maupun di lahan anggota kelompok, dan lain-lain dilakukan
secara sungguh-sungguh oleh anggota kelompok, sehingga hasil yang diraih
mencapai beberapa kali lipat dari hasil metode konvensional sebelumnya.
Peningkatan hasil panen yang luar biasa tersebut tidak lepas dari perhatian
penduduk sekitar Masen, sehingga dimulai dari lahan percontohan yang hanya
kurang dari 1 hektar akhirnya musim tanam berikutnya langsung dicoba di lahan
yang lebih luas (13 hektar) dan trendnya terus bertambah. Peranan Mauliddin
sebagai sekretaris kelompok sangat vital, dimana dia berperan aktif untuk
mengatur segala kegiatan kelompok dari pembagian air hingga mengurus Hand
Tractor.
Sebagai seorang pelatih lokal metode SRI
nama Mauliddin mulai dikenal oleh petani-petani di desa lain, beberapa
masyarakat dari desa lain mulai berdatangan untuk menimba ilmu pertanian dari
Mauliddin, mereka belajar mengolah lahan dari proses awal hingga selesai. Pada
awal 2010 Caritas secara resmi mengangkat Mauliddin sebagai fasilitator lokal
SRI dengan tugas utama memberikan pelatihan bagi kelompok-kelompok petani di
desa lainnya.
Pada
pertengahan tahun 2010 silam, Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Sampoiniet
(BPP Patek) memutuskan untuk mengirim profil Maulidin sebagai calon petani
teladan mewakili Kecamatan Sampoiniet, Aceh Jaya untuk mengikuti ajang petani
teladan Tingkat Kabupaten dan Tingkat Provinsi.
Keputusan
ini diambil karena dinilai Mauliddin telah dianggap memenuhi kriteria yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk mengikuti ajang tersebut mewakili Kecamatan
Sampoiniet. Pada bulan Juni 2010, Bupati Aceh Jaya akhirnya mengeluarkan
keputusan No. 46/Tahun 2010 untuk menetapkan penghargaan terhadap petani
terbaik/teladan tingkat Kabupaten Aceh Jaya, dan akhirnya Maulidin terpilih
sebagai petani teladan tingkat Kabupaten Aceh Jaya untuk Tahun 2010.

Cara Penyampaian
·
Melakuakan
Perkumpulan dengan kelompok tani
·
Turun
Langsung ke sawah-sawah petani
·
Melakukan
agenda rutin kelompok tani
Kendala
·
Kurangnya
sarana dan prasarana komunikasi
·
Penjelasan/penyampaiaan
yang kurang sempurna
Argumen : Menurut saya hal
semacam inilah yang perlu diterapkan pula di derah-daerah lainnya agar pertania
indonesia bisa berproduksi secara mmaksimal, bermula dari salah seorang petani
yang tekun dan mau merubah jalan hidupnnya bisa memberikan inspirasi dan sumber
pembelajaran/contoh bagi para petani lainnya agar bisa menginspirasi para
petani lainnya. Dari hal yang kecil berbuah menjadi besar kata-kata itulah yang
cocok buat para petani yang sukses, menurut saya pembelajaran/sosialisasi yang
sangat efektif bagi para petani adah belajar dari petani kita yang sukses yang
sudah banyak berkecimpung dan termpil didalam bidangnya petani akan mau
mengubah pola pikirnya dan bisa mengikuti jejak para petani yang sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar