BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya penguatan ekonomi rakyat,
industrialisasi pertanian merupakan syarat keharusan (necessary condition),
yang menjamin iklim makro yang kondusif bagi pengembangan ekonomi rakyat yang
sebagian besar berada pada kegiatan ekonomi berbasis pertanian. Untuk penguatan
ekonomi rakyat secara nyata, diperlukan syarat kecukupan (sufficient
condition) berupa pengembangan organisasi bisnis petani yang dapat merebut
nilai tambah yang tercipta pada setiap mata rantai ekonomi dalam
industrialisasi pertanian (Bungaran Saragih, 2001a). Organisasi bisnis
di pedesaan ini berfungsi sebagai lembaga pemasaran produk pertanian.
Sistem pemasaran pertanian merupakan satu kesatuan
urutan lembaga lembaga pemasaran. Tugasnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran
untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan
konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk
yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran,
baik dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem
komoditas (Gumbira Sa'id, E. dan A. Harizt Intan, 2001).
Sistem pemasaran pertanian mencakup banyak lembaga,
baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, baik yang terlibat dan terkait secara
langsung maupun yang tidak terlibat atau terkait langsung dengan operasi sistem
pemasaran pertanian. Sistem pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat
memainkan peranan penting dalam upaya memaksimalkan tingkat konsumsi kepuasan
konsumen, pilihan konsumen, dan mutu hidup masyarakat (Downey. W David dan
Steven P. Erickson, 1987).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Pengertian Pemasaran Hasil Pertanian
1.2.2
Macam Pendekatan Untuk Menganalisis Permasalahan Pemasaran
1.2.3
Konsep Struktur Pasar
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Pemasaran Hasil Pertanian
Pemasaran
hasil pertanian adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik
produsen ke titik konsumen.Sedangkan menurut
Kohls dan Downey, pemasaran hasil pertanian
adalah pelaksanaan dari semua kegiatan
usaha yang terlibat dalam arus komoditas komoditas dan pelayanan dari titik awalnya
produksi pertanian sampai di tangan konsumen yang terakhir. Fungsi
pemasaran bertujuan untuk mengubah produk berdasarkan bentuk (form),
waktu (time), tempat (place), dan kepemilikan (possession).
Berdasarkan fungsi tadi, maka pemasaran termasuk kegiatan produktif karena
menciptakan kegunaan (Utility), yaitu proses untuk menciptakan barang dan jasa
yang lebih berguna. Sebagai suatu sistem, pemasaran pertanian mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1.Sistem
pemasaran pertanian mempunyai tujuan spesifik yang ingin dicapai, ada kriteria normatif
dari masyarakat.
2.
Untuk mencapai tujuan mempunyai komponen yang melaksanakan bebagai fungsi : transportasi,
prosesing, grading, standarisasi dan informasi pasar.
3.Sistem
pemasaran mempunyai dimensi ruang dan waktu.
4.
Sistem pemasaran membutuhkan pengaturan atas keberadaan fungsi pemasaran
2.2
Macam Pendekatan Untuk Menganalisis Permasalahan Pemasaran
1.
Pendekatan Komoditi (commodity approach)
Pendekatan komoditi meliputi
karakteristik dari produk, situasi penawaran dan
permintaan
di dalam negeri dan internasional, tingkah laku konsumen dalam hubungannya
dengan produk yang spesifik dan harga di berbagai level. Pendekatan ini sering
digunakan untuk mempelajari permintaan pasar, tren harga dll.
2.
Pendekatan Kelembagaan (institutional approach)
Pendekatan ini merupakan mtode untuk menganalisis
berbagi lembaga atau organisasi yang terlibat dalam struktur di lembaga
tersebut dalam proses pemasaran. Memindahkan barang dari produsen ke konsumen
butuh pedagang perantara. Pedagang perantara bisa betindak sebagai : propietor
(pemilik), partnership (mitra). Pedagang perantara (khusus komoditi pangan) dapat
diklasifkasikan :
1.
Contract buyers (penebas)
2.
Grain millers (melakukan pasca panen)
3.
Whole salers (pembeli beras dari penggilingan)
Ada
dua macam pedagang perantara yang hanya menjual jasa untuk membantu jalannya
transaksi
: 1. Commission agent 2. Broker
3.
Pendekatan Funsional (functional approach)
Pendekatan fungsional merupakan
metode untuk mempelajari sistem pemasaran dengan mengklasifikasikan proses
pemasaran berdasarkan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan
fungsinya. Kegunaan pendekatan ini : mengidentifikasi masing-masing pelaku pasar
dan fungsi yang dilakukannya. Untuk mengetahui biaya pemasaran menjelaskan perbedaan
biaya pemasaran membantu memperbaiki penampilan proses pemasaran
4.
Pendekatan Analitis (analytical approach)
Pendekatan ini dilakukan untuk mengukur penampilan
pasar (market performance)
Ada
3 sumber ketidakefisienan :
1) Panjangnya saluran pemasaran
2) Tingginya biaya pemasaran
3) Kegagalan pasar
Secara
umum efisiensi pemasaran dapat diukur berdasarkan rasio antara input dan
output.
Input
meliputi (tenaga kerja, mesin, energi dll),output meliputi (waktu, bentuk,
tempat dan kepemilikan). Dua macam pengukuran efisiensi
1.
Operational efficiency : untuk mengukur
suatu fasilitas yang digunakan dalam melaksanakan sistem pemasaran
2.
Pricing efficiency : didasarkan pada asumsi
pasar kompetitif yang efisien harga yang terjadi mencerminkan biaya yang
dikeluarkan contoh : efisiensi biaya
penyimpanan dapat diukur melalui apakah jumlah antara harga pembelian dan biaya
gudang lebih kecil dari pada harga jual.
5.
Pendekatan SCP (SCP approach)
Pendekatan ini pertama diperkenalkan oleh J.S. Bain
1964 yang didasarkan pada tiga hal yang berkaitan (structure(struktur), conduct(perilaku),
dan performance(penampilan) pasar) Struktur pasar akan mempengaruhi tingkah
laku pasar, selanjutnya tingkah laku perusahaan di pasar akan mempengaruhi
penampilan pasar. Pendekatan SCP banyak dikritisi oleh beberapa ahli seperti
Scherer (1990), kalau terlalu bersifat deterministik untuk memahami fungsi ketidaksempurnaan
pasar. Suatu kondisi yang sering terjadi di Negara sedang berkembang seperti
Indonesia. Model SCP dinamik, Model diasumsikan mempunyai hubungan interdepensi
atau simultan diantara struktur pasar, perilaku pasar dan penampilan pasar.
Struktur pasar dan tingkah laku pasar akan mempengaruhi penampilan pasar.
Begitu pula sebaliknya penampilan pasar akan mempengaruhi struktur dan tingkah
laku pasar dalam jangka panjang.
Model Dinamik yang diturunkan dari pendekatan (Structure
Conduct Performance)
6.
Pendekatan Manajemen Pemasaran (maketing management approach)
Pendekatan manajemen pemasaran adalah
proses yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
program-program
yang
membantu mereka dalam memuaskan konsumen dan menciptakan keuntungan.
2.3
Konsep Struktur Pasar
Struktur
pasar adalah karakteristik organisasi yang menentukan hubungan antara berbagai
penjual di pasar,pembeli di pasar,antara penjual pembeli,antara penjual yang
menguasai pasar dengan kekuatan pemasok barang lainnya. Dengan kata lain
struktur pasar membahas karakteristik organisasi dari suatu pasar yang
mempengaruhi tingkat persaingan dan penentuan harga di pasar. Melalui struktur
pasar akan diketahui apakah suatu pasar akan mengarah mempunyai struktur
persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna.
Kriteria
untuk menentukan struktur pasar yaitu:
1. Tingkat
konsentrasi pembeli dan penjual
2. Tingkat
diferensiasi produk
3. Kondisi
untuk masuk pasar
4. Tingkat
pengetahuan pasar
5. Tingkat
integrasi dan diversifikasi
Suatu pasar terdiri dari seluruh perusahaan dan
individu yang ingin dan mampu untuk membeli serta menjual suatu produk
tertentu. Karakteristik pasar yang paling penting adalah jumlah dan ukuran
distribusi para pembeli dan penjual serta tingkat diferensiasi produk. Secara
tradisional, pasar dibagi menjadi empat macam, yaitu:
·
Persaingan Sempurna
adalah struktur pasar yang ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual yang sangat
banyak. Transaksi setiap individu tersebut (pembeli dan penjual) sangat kecil
dibandingkan output industri total sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi
harga produk tersebut. Para pembeli dan penjual secara individual hanya
bertindak sebagai penerima harga (price takers). Tidak ada perusahaan
yangmenerima laba di atas normal dalam jangka panjang dalam pasar persaingan sempurna
ini. Persaingan sempurna akan terjadi jika produsen-produsen secara individual
di pasar tidak bisa mempengaruhi harga. Para produsen tersebut bertindak hanya
sebagai penerima harga (price taker). Ketiadaan pengaruh terhadap harga
tersebut memerlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Jumlah pembeli dan
penjual banyak. Setiap perusahaan dalam suatu industri kecil hanya menghasilkan
suatu bagian yang sangat kecil dibandingkan jumlah output industri secara
keseluruhan dan setiap pembeli hanya membeli suatu bagian yang sangat kecil
pula dari output total tersebut.
2) Produk yang homogen.
Output dari masing-masing perusahaan persis sama dengan output
perusahaan-perusahaan lainnya dalam industri tersebut.
3) Bebas keluar-masuk
pasar.Perusahaan-perusahaan tidak dihambat untuk memasuki atau keluar dari industri
tersebut.
4) Penyebaran informasi
yang sempurna. Informasi mengenai biaya, harga dan kualitas diketahui oleh
semua pembeli dan penjual di pasar.
·
Monopoli adalah struktur
pasar yang ditandai oleh adanya seorang produsen tunggal. Suatu perusahaan yang
monopolistik secara serentak bisa menentukan harga produk dan jumlah outputnya.
Bagi sebuah monopoli adalah mungkin untuk memperoleh laba di atas normal,
bahkan dalam jangka penjang sekalipun.
·
Persaingan Monopolistik
adalah pasar yang sangat mirip dengan persaingan sempurna, tetapi sedikit
dibedakan dengan persaingan sempurna karena dalam persaingan monopolistik ini
konsumen mengetahui perbedaan-perbedaan di antara produk dari
perusahaan-perusahaan yang berbeda. Seperti halnya dalam persaingan sempurna, maka
dalam persaingan monopolistik ini laba di atas normal hanya bisa diperoleh
dalam jangka pendek.
·
Oligopoli
adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah kecil perusahaan yang
memproduksi hampir semua output industri. Oligopoli dibagi lagi menjadi
oligopoli terdiferensiasi (differentiated oligopoly) di mana produk tidak
dibakukan (unstandardized), misalnya mobil, dan oligopoli tak terdiferensiasi (undifferentiated
oligopoly) di mana produk dibakukan, misalnya baja. Dalam oligopoli ini,
keputusan-keputusan mengenai harga dan output dari perusahaan-perusahaan yang
ada tergantung satu sama lain. Hal tersebut berarti bahwa jika satu perusahaan
mengubah harganya, maka perusahaan lainnya akan bereaksi dan informasi
perubahan harga tersebut akan dimasukkan ke dalam masalah pembuatan keputusan
mengenai harga dan output perusahaan-perusahaan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar