Kamis, 03 Mei 2012


D 1-1
 
 


TUGAS INDIVIDU
ADOPSI, INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI INDONESIA



Oleh :

        Nama      : Aris Budiman
        NIM        : 115040100111005
        Kelas       :  D




UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2012

I.          PENDAHULUAN

Keberadaan Badan Litbang selama ini telah cukup berhasil dalam pengadaan inovasi pertanian. Beberapa inovasi (teknologi, kebijakan, kelembagaan) telah digunakan secara luas dan terbukti menjadi pemicu utama pertumbuhan dan perkembangan usaha dan system agribisnis. Salah satu bukti empiris, ialah revolusi hijau pada agribisnis padi dan jagung (hasil dari penemuan varietas unggul baru berumur pendek), ataupun perkembangan perkebunan kelapa sawit yang cukup pesat atas dukungan teknologi perbenihan/ pembibitannya. Akan tetapi, berdasarkan evaluasi eksternal maupun internal, seiring dengan perkembangan waktu kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dilakukan Badan Litbang Pertanian cenderung melambat, bahkan menurun.
Peran utama Badan Litbang Pertanian dalam system inovasi pertanian nasional adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian maju dan strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik pemakaian dan lokasi, dan menginformasikan serta menyediakan materi dasar inovasi/ teknologi. Sedangkan kegiatan penyuluhan, advokasi, dan fasilitasi agar inovasi tersebut diadopsi secara luas tidak termasuk tugas pokok Badan Litbang Pertanian.
Dengan demikian tidak mengherankan apabila keberhasilan Badan Litbang Pertanian tersebut terhenti pada segmen pengadaan inovasi (generating subsystem), sedangkan perannya pada subsistem penyampaian inovasi (delivery subsystem) masih terbatas, dan praktis tidak terlibat aktif pada subsistem penesimaan inovasi (receiving subsystem). Dua subsistem terakhir tersebut merupakan dua hal yang menyebabkan proses adopsi dan difusi inovasi hasil Badan Litbang Pertanian menjadi melambat.
Pada tatanan normatif, indikator keberhasilan Badan Litbang Pertanian dalam mengemban misi institusionalnya adalah telah dimanfaatkannya inovasi tepat guna secara luas oleh masyarakat dan berdampak besar dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian nasional. Hal tersebut dapat terwujud apabila system inovasi nasional, dari hulu sampai hilir berjalan dengan baik.

II.          KAJIAN PUSTAKA

A.    Memilih Inovasi Tepat Guna
Inovasi merupakan istilah yang telah dipakai secara luas dalam berbagai bidang, baik industri, pemasaran, jasa, termasuk pertanian. Secara sederhana, Adams (1988) menyatakan an innovation is an idea or object perceived as new by an individual. Dalam perspektif pemasaran, Simamora (2003) menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek, atau produk yang dianggap baru oleh individu atau grup yang relevan. Sedangkan Kotler (2003) mengartikan inovasi sebagai barang, jasa, dan ide yang dianggap baru oleh seseorang.
Dari beberapa devinisi tersebut, inovasi mempunyai tiga komponen, yaitu ide atau gagasan, metode atau praktek, dan produk (barang dan jasa). Untuk dapat disebut inovasi, ketiga komponen tersebut harus mempunyai sifat “baru”. Sifat “baru tersebut tidak selalu berasal dari hasil penelitian mutakhir.
Melihat permasalahan yang telah disampaikan dalam bab sebelumya, strategi percepatan adopsi dan difusi inovasi pertanian salah satunya dilakukan dengan membentuk Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI). Dalam PRIMA TANI terkandung pesan yang kuat tentang usaha mempercepat dan memperluas proses adopsi dan difusi inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian kepada masyarakat secara luas.
Salah satu factor yang mempengaruhi percepatan adopsi adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan diintroduksi ke dalam PRIMA TANI harus mempunyai banyak kesesuaian terhadap kondisi biofisik, social, ekonomi, dan budaya yang ada di petani. Untuk itu, inovasi yang ditawarkan ke petani harus inovasi yang tepat guna.
Strategi untuk memilih inovasi yang tepat guna adalah sebagai berikut:
1.      Inovasi harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh petani kebanyakan
Agar masyarakat (petani) menerima (mengadopsi) suatu inovasi,warga masyarakat petani harus yakin bahwa inovasi itu memenuhi kebutuhan yang benar-benar dirasakan. Inovasi akan menjadi kebutuhan petani apabila inovasi tersebut dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi petani.
2.      Inovasi harus memberi keuntungan secara konkrit terhadap petani
Inovasi (teknologi) yang akan diterapkan harus dijamin akan memberikan keuntungan lebih dibanding inovasi (teknologi) yang sudah ada. Jika hal ini terjadi, niscaya petani akan mempunyai semangat untuk mengadopsinya.
3.      Inovasi harus mempunyai kompatibilitas/ keselarasan
Kompatibilitas Inovasi secara luas dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keselarasan antara inovasi yang diintroduksikan terhadap teknologi yang telah ada sebelumnya; pola pertanian yang berlaku; nilai social, budaya, dan kepercayaan petani; gagasan yang dikenalkan sebelumnya; dan keperluan yang dirasakan petani. Dengan demikian, inovasi yang memiliki kompatibilitas tinggi terhadap hal-hal tersebut akan lebih cepat untuk diadopsi.
4.      Inovasi harus dapat mengatasi faktor-faktor pembatas
Bunch (2001) menyatakan bahwakalau suatu inovasi diharapkan meningkatkan produktivitas suatu sistem pertanian setempat, maka dengan satu atau cara lain, inovasi tersebut harus dapat mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada dalam sistem tersebut. Faktor pembatas adalah keadaan atau prasyarat yang paling tidak memadai di suatu wilayah. Sebagai contoh, faktor pembatas di lahan pasang-surut salah satunya adalah adanya keracunan besi sehingga produktivitas padi rendah. Ada teknologi untuk mengatasi faktor pembatas tersebut, yaitu Tata Air Mikro (dengan saluran cacing). Teknologi tersebut diintroduksikan kepada petani dan secara konkrit mampu mengatasi keracunan besi (faktor pembatas). Teknologi yang secara konkrit dapat mengatasi faktor pembatas akan cenderung lebih mudah diadopsi.
5.      Inovasi harus mendayagunakan sumber daya yang sudah ada
Teknologi untuk para petani harus menggunakan sumber daya yang yang sudah mereka miliki. Kalau sumber daya dari luar mutlak diperlukan, kita harus dapat memastikan bahwa sumber daya itu murah, dapat diperoleh secara teratur dengan mudah dari suatu sumber tetap yang dapat diandalkan.
6.      Inovasi harus terjangkau oleh kemampuan finansial petani
Kendala adopsi yang datang secara internal dari inovasi itu sendiri adalah inovasi tersebut dirasakan mahal oleh petani. Sebagus apapun teknologi, kalau tidak terjangkau oleh kemampuan financial petani sebagai pengguna, maka akan susah diadopsi. Apalagi kebanyakan petani relative miskin, maka inovasi yang dirasakan murah akan lebih mudah diadopsi disbanding inovasi yang mahal.
7.      Inovasi harus sederhana, tidak rumit, dan mudah dicoba
Semakin mudah teknologi itu untuk dapat dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi inovasi yang dilakukan petani. Oleh karena itu, agar proses adopsi dapat berjalan cepat, maka penyajian inovasi harus lebih sederhana. Dengan demikian, kompleksitas suatu inovasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap percepatan adopsi inovasi.
8.      Inovasi harus mudah untuk diamati
Ada kalanya petani enggan untuk menanyakan keberhasilan temannya yang telah berhasil menerapkan teknologi. Atau temannya sengaja tidak memberi tahu karena takut tersaingi. Jika teknologi yang berhasil tadi tidak mudah untuk diamati, maka akan terjadi kendala dalam penyebaran adopsi inovasi teknologi tersebut. Akan tetapi jika teknologi tersebut mudah diamati, maka banyak petani yang mudah meniru tanpa harus bertanya kepada petani yang bersangkutan. Dengan demikian akan terjadi proses difusi sehingga jumlah petani yang mengadopsi menjadi lebih banyak.
Adopsi inovasi merupakan salah satu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa proses adopsi didahului oleh pengenalan suatu inovasi (introduksi) kepada masyarakat tani, selanjutnya terjadi proses mental untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Jika hasil dari proses mental tersebut adalah keputusan untuk menerima inovasi, maka terjadilah adopsi. Tahapan proses adopsi inovasi dapat dilihat pada gambar berikut:
 







Setelah suatu inovasi diadopsi oleh pengguna, maka proses selanjutnya yang diharapkan adalah terjadinya difusi inovasi. Difusi ialah proses dimana inovasi disebarkan pada individu atau kelompok dalam suatu sistem social tertentu.

B.     Memilih Metode Penyuluhan yang Efektif
Faktor lain yang mempengaruhi percepatan adopsi dan difusi inovasi adalah tepat tidaknya dalam menggunakan metode penyuluhan. Penggunaan metode yang efektif akan lebih mudah untuk dipahami oleh petani. Sering sebagian orang menyamakan istilah komunikasi pertanian dengan penyuluhan pertanian, padahal keduanya berbeda satu sama lain. Perbedaan keduanya, komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antarmanusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun kelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambing-lambang tertentu. Sedangkan penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan kepada petani dan keluarganya dengan maksud agar mereka mampu, sanggup, dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya atau bila memungkinkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekelilingnya.














Saat ini bukan jamannya petani sebagai agen pabrikan berbagai jenis saprodi pertanian, melainkan harus bisa menjadi pusat perubahan teknologi yang tepat guna bagi perubahan kehidupannya .
Berbagai sarana produksi sudah mampu dipenuhi sendiri ,hal tersebut mengingat saat ini penghematan pengeluaran biaya produksi pertanian harus diperhitungkan,sebagai imbal balik dari produksi yang dihasilkan.

Pupuk Alami adalah pupuk atau sumber hara yang diberikan kepada tanah untuk tujuan menyuburkan tanah, dengan menggunakan bahan-bahan organik yang dihasilkan oleh alam yaitu dari kotoran ternak dan limbah tanaman,proses pembuatannya tanpa menggunakan bahan kimia apapun melainkan diproses secara alami.
 Proses pembuatan pupuk alami bisa melalui proses basah (menggunakan Inokulan) dan bisa secara proses kering yaitu tanpa inokulan.
I. Proses Pembuatan pupuk alami secara Basah dengan Inokulan
Bahan :
·         Kotoran ternak sapi/kambing/ayam/itik
·         Abu dapur
·         Kapur mati
·         Daun-daunan (daun lamtoro,sengon,gamal,cleresede atau daun2an lunak)
·         Jerami (dipotong-potong)
·         Bakteri starter ( F1 - F3)

Cara Pembuatan :
Timbun bahan-bahan tersebut secara berlapis-lapis ( kecuali untuk bakteri staternya)
a. Lapisan pertama adalah jerami 15 cm
b. Lapisan kedua pupuk kandang 5 cm
c. Lapisan ketiga bahan organik ( daun-daunan)
d. Lapisan keempat abu dapur / kapur setinggi 2 cm
e. Lapisan kelima pupuk kandang setinggi 5 cm
Setiap menumpuk satu lapisan kemudian disiram dengan larutan  Bakteri yang sudah diencerkan. Setiap 1 gelas bakteri dicampur dengan satu ember air dan kemudian disiram-siramkan pada setiap lapisan. Penyiraman hendaknya hati – hati agar tidak terlalu basah.
Penimbunan tersebut bisa berulang-ulang sampai setinggi 0,5 - 1 meter. Hal ini untuk menjaga agar proses pengadukan bisa mudah.
Lapisan paling akhir adalah lapisan tanah yang subur. Setelah itu tutuplah dengan bahan bukan plastik. Bila kompos terasa panas aduklah agar terjadi proses pengaliran udara dan pencampuran bahan. Perkirakan setelah 15 hari atau 2 minggu kompos sudah dapat digunakan.
Untuk mengefektifkan dan efisien bisa juga pengomposan semua bahan organik dengan inokulan bakteri , cara bisa berinovasi sendiri yang terpenting pengomposan sempurna.
PRINSIP Pembuatan kompos
* Menjaga kelembaban
Kelembaban berperanan penting dalam proses pembuatan kompos dan mutu kompos.Kelembaban optimum adalah 50 – 60 %.Rendahnya kelembaban udara menurunkan proses penguraian , bila terlalu tinggi menghambat aliran udara
* Pembalikan
Pembalikan diperlukan agar kompos tidak kekurangan udara dan mempercepat proses penguraian.Proses penguraian akan berjalan lambat jika kompos kekurangan udara
* Peneduh
Agar proses penguraian bahan organik berlangsung sempurna usahakan tempat pembuatan kompos terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung.Karenanya tempat kompos perlu dibuatkan pelindung.

Cara Penggunaan Kompos (pupuk alami)
Penggunaan pupuk organik : pupuk kandang , kompos atau pupuk hijau diberikan pada saat sebelum tanam atau saat tanaman sudah tumbuh.Pupuk dimasukan ke dalam tanah atau dicampur dengan tanah sedalam 20 cm.Bisa juga dengan membuat laur-alur pada tanah dan ini dilakukan 1 minggu sebelum tanam.Pada waktu tanaman hendak ditanam pupuk diaduk dengan tanah.Jumlah pupuk yang diberikan tergantung jenis tanaman

II. Proses Pembuatan Pupuk Alami secara kering , yaitu pemrosesan kompos tanpa menggunakan inokulan bakteri. Seperti pembuatan pupuk PRK. Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan peragian :
Bahan :
1. Ragi Tape 
2. Bahan Pupuk (pupuk kandang, daunan, jerami, d;;)
3. Bekatul
4. Gamping yang sudah mati
5. Air secukupnya
6. Plastik Penutup
Proses Pembuatan :
1. Ragi Tape ditumbuk sampai halus dan dicampurkan dengan bekatul.
2. pupuk kandang, daun-daunan, jerami diaduk dengan campuran ragi dan bekatull tadi sampai merata sambil disiram dengan air ( peggunaan air secukupnya)
3. setelaqh selesai dibuat seperti bedengan dan ditutup dengan palstik
4. tunggu sampai 1 -2 minggu 
5. Pupuk PRK siap dipergunakan setelah diangin-anginkan beberapa saat.

Tips agar pupuk kandang kering
Pupuk kandang dicampur dengan debu / abu bakaran dapur atau abu bakaran . Setelah tercampur kemudian diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan ditutup sampai pupuk tersebut digunakan.Komposisi campuran 40 % pupuk kandang , 30 % debu dan 30 % abu bakaran

II. Pupuk Alami Cair
* 1 lt bakteri/inokulan
* 40 kg hijau-hijauan
* ½ kg terasi
* 1 kg gula pasir / gula merah
* 25 kg kotoran kambing
* 4 kg bekatul
* 200 lt air
* Gentong/drum/ember
(Komposisi pembuatan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampua
petani)

Cara Pembuatan
* Kotoran hewan , hijau daun yang sudah dicacah , gula,terasi dimasukan ke dalam wadah dan tuang air hingga menutup permukaan bahan
* Bakteri dimasukan , aduk hingga rata kemudian tutup rapat-rapat agar udara tidak masuk
* Setelah 6 hari tutup dibuka ,aduk hingga rata dan tutup rapat kembali.Setelah 10 hari tutup dapat dibuka , aduk sampai rata dan pupuk dapat digunakan dengan cara dicor ke tanah dekat tanaman
* Dosis penggunaan perbandingan 1 : 1 , 1 lt pupuk cair diencerkan dengan 10 liter air


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome to Fiqolbi Blog's

semoga bermanfaat