|
TUGAS
INDIVIDU
“ADOPSI, INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI INDONESIA”
Oleh :
Nama : Aris Budiman
NIM : 115040100111005
Kelas :
D
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
FAKULTAS
PERTANIAN
MALANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Keberadaan Badan Litbang selama ini telah cukup berhasil
dalam pengadaan inovasi pertanian. Beberapa inovasi (teknologi, kebijakan,
kelembagaan) telah digunakan secara luas dan terbukti menjadi pemicu utama
pertumbuhan dan perkembangan usaha dan system agribisnis. Salah satu bukti
empiris, ialah revolusi hijau pada agribisnis padi dan jagung (hasil dari
penemuan varietas unggul baru berumur pendek), ataupun perkembangan perkebunan
kelapa sawit yang cukup pesat atas dukungan teknologi perbenihan/
pembibitannya. Akan tetapi, berdasarkan evaluasi eksternal maupun internal,
seiring dengan perkembangan waktu kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi
yang dilakukan Badan Litbang Pertanian cenderung melambat, bahkan menurun.
Peran utama Badan Litbang Pertanian dalam system inovasi
pertanian nasional adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian maju dan
strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik pemakaian dan lokasi,
dan menginformasikan serta menyediakan materi dasar inovasi/ teknologi.
Sedangkan kegiatan penyuluhan, advokasi, dan fasilitasi agar inovasi tersebut
diadopsi secara luas tidak termasuk tugas pokok Badan Litbang Pertanian.
Dengan demikian tidak mengherankan apabila keberhasilan
Badan Litbang Pertanian tersebut terhenti pada segmen pengadaan inovasi
(generating subsystem), sedangkan perannya pada subsistem penyampaian inovasi
(delivery subsystem) masih terbatas, dan praktis tidak terlibat aktif pada
subsistem penesimaan inovasi (receiving subsystem). Dua subsistem terakhir
tersebut merupakan dua hal yang menyebabkan proses adopsi dan difusi inovasi
hasil Badan Litbang Pertanian menjadi melambat.
Pada tatanan normatif, indikator keberhasilan Badan
Litbang Pertanian dalam mengemban misi institusionalnya adalah telah
dimanfaatkannya inovasi tepat guna secara luas oleh masyarakat dan berdampak
besar dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian nasional. Hal tersebut
dapat terwujud apabila system inovasi nasional, dari hulu sampai hilir berjalan
dengan baik.
II.
KAJIAN PUSTAKA
A. Memilih Inovasi Tepat Guna
Inovasi merupakan istilah yang telah dipakai secara luas
dalam berbagai bidang, baik industri, pemasaran, jasa, termasuk pertanian.
Secara sederhana, Adams (1988) menyatakan an innovation is an idea or object perceived
as new by an individual. Dalam perspektif pemasaran, Simamora (2003)
menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek, atau produk yang dianggap
baru oleh individu atau grup yang relevan. Sedangkan Kotler (2003) mengartikan
inovasi sebagai barang, jasa, dan ide yang dianggap baru oleh seseorang.
Dari beberapa devinisi tersebut, inovasi mempunyai tiga
komponen, yaitu ide atau gagasan, metode atau praktek, dan produk (barang dan
jasa). Untuk dapat disebut inovasi, ketiga komponen tersebut harus mempunyai
sifat “baru”. Sifat “baru tersebut tidak selalu berasal dari hasil penelitian
mutakhir.
Melihat permasalahan yang telah disampaikan dalam bab
sebelumya, strategi percepatan adopsi dan difusi inovasi pertanian salah
satunya dilakukan dengan membentuk Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan
Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI). Dalam PRIMA TANI terkandung pesan
yang kuat tentang usaha mempercepat dan memperluas proses adopsi dan difusi
inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian kepada masyarakat secara luas.
Salah satu factor yang mempengaruhi percepatan adopsi
adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan diintroduksi ke dalam
PRIMA TANI harus mempunyai banyak kesesuaian terhadap kondisi biofisik, social,
ekonomi, dan budaya yang ada di petani. Untuk itu, inovasi yang ditawarkan ke
petani harus inovasi yang tepat guna.
Strategi untuk memilih inovasi yang tepat guna adalah
sebagai berikut:
1.
Inovasi harus dirasakan sebagai
kebutuhan oleh petani kebanyakan
Agar masyarakat (petani) menerima
(mengadopsi) suatu inovasi,warga masyarakat petani harus yakin bahwa inovasi
itu memenuhi kebutuhan yang benar-benar dirasakan. Inovasi akan menjadi
kebutuhan petani apabila inovasi tersebut dapat memecahkan masalah yang sedang
dihadapi petani.
2.
Inovasi harus memberi
keuntungan secara konkrit terhadap petani
Inovasi (teknologi) yang akan diterapkan harus dijamin
akan memberikan keuntungan lebih dibanding inovasi (teknologi) yang sudah ada.
Jika hal ini terjadi, niscaya petani akan mempunyai semangat untuk
mengadopsinya.
3.
Inovasi harus mempunyai kompatibilitas/
keselarasan
Kompatibilitas Inovasi secara luas dapat diartikan
sebagai kesesuaian atau keselarasan antara inovasi yang diintroduksikan
terhadap teknologi yang telah ada sebelumnya; pola pertanian yang berlaku;
nilai social, budaya, dan kepercayaan petani; gagasan yang dikenalkan
sebelumnya; dan keperluan yang dirasakan petani. Dengan demikian, inovasi yang
memiliki kompatibilitas tinggi terhadap hal-hal tersebut akan lebih cepat untuk
diadopsi.
4.
Inovasi harus dapat mengatasi
faktor-faktor pembatas
Bunch (2001) menyatakan bahwakalau suatu inovasi
diharapkan meningkatkan produktivitas suatu sistem pertanian setempat, maka
dengan satu atau cara lain, inovasi tersebut harus dapat mengatasi
faktor-faktor pembatas yang ada dalam sistem tersebut. Faktor pembatas adalah
keadaan atau prasyarat yang paling tidak memadai di suatu wilayah. Sebagai
contoh, faktor pembatas di lahan pasang-surut salah satunya adalah adanya
keracunan besi sehingga produktivitas padi rendah. Ada teknologi untuk mengatasi
faktor pembatas tersebut, yaitu Tata Air Mikro (dengan saluran cacing).
Teknologi tersebut diintroduksikan kepada petani dan secara konkrit mampu
mengatasi keracunan besi (faktor pembatas). Teknologi yang secara konkrit dapat
mengatasi faktor pembatas akan cenderung lebih mudah diadopsi.
5.
Inovasi harus mendayagunakan
sumber daya yang sudah ada
Teknologi untuk para petani harus menggunakan sumber
daya yang yang sudah mereka miliki. Kalau sumber daya dari luar mutlak
diperlukan, kita harus dapat memastikan bahwa sumber daya itu murah, dapat
diperoleh secara teratur dengan mudah dari suatu sumber tetap yang dapat
diandalkan.
6.
Inovasi harus terjangkau oleh
kemampuan finansial petani
Kendala adopsi yang datang secara internal dari inovasi
itu sendiri adalah inovasi tersebut dirasakan mahal oleh petani. Sebagus apapun
teknologi, kalau tidak terjangkau oleh kemampuan financial petani sebagai
pengguna, maka akan susah diadopsi. Apalagi kebanyakan petani relative miskin,
maka inovasi yang dirasakan murah akan lebih mudah diadopsi disbanding inovasi
yang mahal.
7.
Inovasi harus sederhana, tidak
rumit, dan mudah dicoba
Semakin mudah teknologi itu untuk dapat dipraktekkan,
maka makin cepat pula proses adopsi inovasi yang dilakukan petani. Oleh karena
itu, agar proses adopsi dapat berjalan cepat, maka penyajian inovasi harus
lebih sederhana. Dengan demikian, kompleksitas suatu inovasi mempunyai pengaruh
yang besar terhadap percepatan adopsi inovasi.
8.
Inovasi harus mudah untuk
diamati
Ada kalanya petani enggan untuk menanyakan keberhasilan
temannya yang telah berhasil menerapkan teknologi. Atau temannya sengaja tidak
memberi tahu karena takut tersaingi. Jika teknologi yang berhasil tadi tidak
mudah untuk diamati, maka akan terjadi kendala dalam penyebaran adopsi inovasi
teknologi tersebut. Akan tetapi jika teknologi tersebut mudah diamati, maka
banyak petani yang mudah meniru tanpa harus bertanya kepada petani yang
bersangkutan. Dengan demikian akan terjadi proses difusi sehingga jumlah petani
yang mengadopsi menjadi lebih banyak.
Adopsi inovasi merupakan salah satu proses mental atau
perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan pada
diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya
setelah menerima inovasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa proses
adopsi didahului oleh pengenalan suatu inovasi (introduksi) kepada masyarakat
tani, selanjutnya terjadi proses mental untuk menerima atau menolak inovasi
tersebut. Jika hasil dari proses mental tersebut adalah keputusan untuk
menerima inovasi, maka terjadilah adopsi. Tahapan proses adopsi inovasi dapat
dilihat pada gambar berikut:

Setelah suatu inovasi diadopsi oleh
pengguna, maka proses selanjutnya yang diharapkan adalah terjadinya difusi inovasi.
Difusi ialah proses dimana inovasi disebarkan pada individu atau kelompok dalam
suatu sistem social tertentu.
B. Memilih Metode Penyuluhan
yang Efektif
Faktor lain yang mempengaruhi percepatan adopsi dan
difusi inovasi adalah tepat tidaknya dalam menggunakan metode penyuluhan.
Penggunaan metode yang efektif akan lebih mudah untuk dipahami oleh petani.
Sering sebagian orang menyamakan istilah komunikasi pertanian dengan penyuluhan
pertanian, padahal keduanya berbeda satu sama lain. Perbedaan keduanya, komunikasi
pertanian adalah suatu pernyataan antarmanusia yang berkaitan dengan kegiatan
di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun kelompok, yang sifatnya umum
dengan menggunakan lambing-lambang tertentu. Sedangkan penyuluhan pertanian
adalah sistem pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan kepada
petani dan keluarganya dengan maksud agar mereka mampu, sanggup, dan berswadaya
memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya atau bila memungkinkan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekelilingnya.
|
Saat ini bukan jamannya petani sebagai agen pabrikan berbagai jenis saprodi
pertanian, melainkan harus bisa menjadi pusat perubahan teknologi yang tepat
guna bagi perubahan kehidupannya .
Berbagai sarana produksi sudah mampu dipenuhi
sendiri ,hal tersebut mengingat saat ini penghematan pengeluaran biaya
produksi pertanian harus diperhitungkan,sebagai imbal balik dari produksi
yang dihasilkan.
Pupuk Alami adalah pupuk atau sumber hara yang
diberikan kepada tanah untuk tujuan menyuburkan tanah, dengan menggunakan
bahan-bahan organik yang dihasilkan oleh alam yaitu dari kotoran ternak dan
limbah tanaman,proses pembuatannya tanpa menggunakan bahan kimia apapun
melainkan diproses secara alami.
Proses pembuatan pupuk alami bisa
melalui proses basah (menggunakan Inokulan) dan bisa secara proses kering
yaitu tanpa inokulan.
I. Proses Pembuatan pupuk alami secara Basah
dengan Inokulan
Bahan :
·
Kotoran
ternak sapi/kambing/ayam/itik
·
Abu dapur
·
Kapur mati
·
Daun-daunan
(daun lamtoro,sengon,gamal,cleresede atau daun2an lunak)
·
Jerami
(dipotong-potong)
·
Bakteri
starter ( F1 - F3)
Cara Pembuatan :
Timbun bahan-bahan tersebut secara
berlapis-lapis ( kecuali untuk bakteri staternya)
a. Lapisan pertama adalah jerami 15 cm
b. Lapisan kedua pupuk kandang 5 cm
c. Lapisan ketiga bahan organik ( daun-daunan)
d. Lapisan keempat abu dapur / kapur setinggi 2
cm
e. Lapisan kelima pupuk kandang setinggi 5 cm
Setiap menumpuk satu lapisan kemudian disiram
dengan larutan Bakteri yang sudah diencerkan. Setiap 1 gelas bakteri
dicampur dengan satu ember air dan kemudian disiram-siramkan pada setiap
lapisan. Penyiraman hendaknya hati – hati agar tidak terlalu basah.
Penimbunan tersebut bisa berulang-ulang sampai
setinggi 0,5 - 1 meter. Hal ini untuk menjaga agar proses pengadukan bisa
mudah.
Lapisan paling akhir adalah lapisan tanah yang
subur. Setelah itu tutuplah dengan bahan bukan plastik. Bila kompos terasa
panas aduklah agar terjadi proses pengaliran udara dan pencampuran bahan.
Perkirakan setelah 15 hari atau 2 minggu kompos sudah dapat digunakan.
Untuk mengefektifkan dan efisien bisa juga
pengomposan semua bahan organik dengan inokulan bakteri , cara bisa
berinovasi sendiri yang terpenting pengomposan sempurna.
PRINSIP Pembuatan kompos
![]()
Kelembaban berperanan penting
dalam proses pembuatan kompos dan mutu kompos.Kelembaban optimum adalah 50 –
60 %.Rendahnya kelembaban udara menurunkan proses penguraian , bila terlalu
tinggi menghambat aliran udara
![]()
Pembalikan diperlukan agar kompos
tidak kekurangan udara dan mempercepat proses penguraian.Proses penguraian
akan berjalan lambat jika kompos kekurangan udara
![]()
Agar proses penguraian bahan
organik berlangsung sempurna usahakan tempat pembuatan kompos terlindung dari
hujan dan sinar matahari secara langsung.Karenanya tempat kompos perlu
dibuatkan pelindung.
Cara Penggunaan Kompos
(pupuk alami)
Penggunaan pupuk organik : pupuk
kandang , kompos atau pupuk hijau diberikan pada saat sebelum tanam atau saat
tanaman sudah tumbuh.Pupuk dimasukan ke dalam tanah atau dicampur dengan
tanah sedalam 20 cm.Bisa juga dengan membuat laur-alur pada tanah dan ini
dilakukan 1 minggu sebelum tanam.Pada waktu tanaman hendak ditanam pupuk
diaduk dengan tanah.Jumlah pupuk yang diberikan tergantung jenis tanaman
II. Proses Pembuatan Pupuk Alami secara kering
, yaitu pemrosesan kompos tanpa menggunakan inokulan bakteri. Seperti
pembuatan pupuk PRK. Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan peragian :
Bahan :
1. Ragi Tape
2. Bahan Pupuk (pupuk kandang, daunan, jerami,
d;;)
3. Bekatul
4. Gamping yang sudah mati
5. Air secukupnya
6. Plastik Penutup
Proses Pembuatan :
1. Ragi Tape ditumbuk sampai halus dan
dicampurkan dengan bekatul.
2. pupuk kandang, daun-daunan, jerami diaduk
dengan campuran ragi dan bekatull tadi sampai merata sambil disiram dengan
air ( peggunaan air secukupnya)
3. setelaqh selesai dibuat seperti bedengan
dan ditutup dengan palstik
4. tunggu sampai 1 -2 minggu
5. Pupuk PRK siap dipergunakan setelah
diangin-anginkan beberapa saat.
Tips agar pupuk kandang kering
Pupuk kandang dicampur dengan debu / abu bakaran dapur atau abu
bakaran . Setelah tercampur kemudian diletakkan di tempat yang terlindung
dari sinar matahari langsung dan ditutup sampai pupuk tersebut
digunakan.Komposisi campuran 40 % pupuk kandang , 30 % debu dan 30 % abu
bakaran
II. Pupuk Alami Cair
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
(Komposisi pembuatan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampua
petani)
Cara Pembuatan
![]() ![]() ![]() ![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar