Pendahuluan
Gaya hidup sehat
atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi tren baru masyarakat. Ini
dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia
tidak alami seperti pupuk kimia, pestisida sintesis serta hormon
pertumbuhan dalam produksi
pertanian, ternyata dapat menimbulkan efek
negatif terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan (Manuhutu 2005). Umumnya residu
pestisida pada produk pertanian sangat tinggi, karena masih banyak
petani yang sering
menyemprotkan pestisida pada
saat panen bahkan sampai tiga
hari menjelang panen. Itu dilakukan
untuk menghindari gagal panen karena serangan hama dan penyakit. Bagi manusia, senyawa kimia tersebut
berpotensi menurunkan kecerdasan, menggangu kerja saraf, menganggu metabolisme
tubuh, menimbulkan radikal bebas, menyebabkan kanker, meningkatkan risiko
keguguran pada ibu hamil dan dalam dosis tinggi menyebabkan kematian (Manuhutu
2005).
Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh
pertanian anorganik tersebut, maka muncullah suatu sistem pertanian yang lebih
ramah lingkungan tanpa menggunakan pupuk buatan dan pestisida, aman untuk
dikonsumsi, tetap mengandung nutrisi yang cukup serta masih dapat memenuhi
kebutuhan pangan yang kini dikenal dengan sistem pertanian organik. Ada
berbagai alasan pertanian organik menjadi kebijakan pertanian unggulan atau
pendekatan penghidupan berkelanjutan. Pertanian organik mendorong perbaikan
lima sumber daya yang dimiliki manusia, yaitu perbaikan sumber daya
alam, perbaikan sumber
daya sosial, perbaikan
sumber daya ekonomi, dan
perbaikan sumber daya infrastruktur (Saragih 2008).
Data
perkembangan lahan pertanian organik di Indonesia memang tidak terdokumentasi
dengan baik. Menurut laporan Aliansi Organik Indonesia, luas lahan pertanian
organik yang bersertifikasi pada tahun 2005 masih kurang dari 40.000 ha. Namun, pada tahun 2007, luas lahan
tersebut sudah mencapai 50.130 ha, meningkat sekitar 25 persen. Lahan tersebut dikelola oleh sekitar 5.050
petani(Surono 2007, dalam Saragih 2008).
Perkembangan ini
ditandai dengan semakin banyaknya model pemasaran alternatif di berbagai kota
yang menjual produk organik dan organisasi nonpemerintah pendamping petani yang
mengembangkan pertanian organik,
kelompok petani, atau
perusahaan swasta yang bergerak
di pertanian organik. Perkembangan
permintaan akan produk
pertanian organik di
Indonesia setiap tahunnya cederung mengalami.
Sayuran organik
merupakan komoditas hortikultura yang banyak diminati untuk dikembangkan
pada pertanian organik saat ini. Keistimewaan dari sayuran organik adalah
mengandung antioksidan 10-50 persen di atas sayuran nonorganik. Kandungan nitrat
dalam sayuran dan
buah organik diketahui
25 persen lebih rendah dari yang nonorganik. Hal
tersebut membuat sayuran organik layak untuk dikonsumsi dan menyehatkan. Sayuran organik tersebut diantaranya adalah selada,
kangkung, kubis, seledri, dsb.
Komoditas
Selada (Lactuca sativaL.) pada dasarnya termasuk ke
dalam famili Compositae. Selada merupakan tanaman semusim. Selada mempunyai
ciri diantaranya bentuk bunganya mengumpul dalam tandan membentuk sebuah
rangkaian. Selada biasanya disajikan sebagai sayuran penyegar. Adapun kandungan
vitamin yang terdapat di dalam daun selada diantaranya: vitamin A, Vitamin B,
dan vitamin C yang sangat berguna untuk kesehatan tubuh.
Tanaman Selada (Lactucasativa L.) yang terkenal
terdiri dari tiga jenis, yaitu selada mentega,selada tutup, dan selada potong.
Selada mentega atau selada telur (kropsla) berkrop bulat, tetapi keropos
(lepas). Selada jenis ini rasanya lunak dan enak,oleh karena itu selada jenis
ini paling digemari. Keunggulan selada jenis mentega dibandingkan dengan jenis
selada lainnya ialah selada ini tidak mudah rusak sehingga dapat dikirim ke
tempat yang jauh. Sementara selada tutup (rangu) kropnya bulat, agak padat
dan rasanya renyah. Sedangkan selada potong (cut-lettuce )kropnya lonjong atau bulat panjang,
rasanya enak tetapi agak liat.
Selain
jenis di atas,adapula tanaman yang menyerupai selada baik syarat tumbuh maupun
car tnam. Akantetapi, rsnya agak pahit. Jenis selada yang dimaksud adalah
Andewi (Cichoriumendevia L.). Daun andewi ada yang berbentuk keriting
dan ad pula yang halusdan lebar, namun andwi yang lebih terkenal adalah andewi
yang berdaun keriting.Jenis selada lainnya adalah selada air (Nasturtium
officinale R.Br.), tetapi selada air ini termasuk ke dalam
famili Cruciferae (Bressicaceae). Tumbuhnya menjalar seperti tanaman kangkung
dan bisa di tanam di rawa-rawa.
Syarat Tumbuh
a. Iklim
Selada
dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan). Hal yang
terpenting adalah memperhatikan pemilihan varietas yang cocok dengan lingkungan
(ekologi) setempat (Rukmana, 1994)
Suhu
sedang adalah hal yang ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi, suhu
optimumnya untuk siang hari adalah 200C dan malam hari adalah 100C. Suhu yang
lebih tinggi dari 300C biasanya menghambat pertumbuhan. Umumnya intensitas
cahaya tinggi dan hari panjang meningkatkan laju pertumbuhan, dan mempercepat
perkembangan luas daun sehingga daun menjadi lebih lebar, yang berakibat
pembentukukan kepala menjadi lebih cepat (Rubatzky dan yamaguchi, 1997)
Tanaman
selada memerlukan cahaya yang tidak terlalu banyak, sebab curah hujan yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada daun. Oleh karena itu,
penanaman selada di anjurkan pada akhir musim hujan. Untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya, selada
memerlukan air sebanyak 400 mm air.
b. Tanah
Tanaman
selada dapat ditanam pada berbagai jenis tanah. Namun, pertumbuhan yang baik
akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung
bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah tergenang air. Selada dapat
tumbuh baik dengan pH 6,0-6,8 atau idealnya 6,5. bila pH terlalu rendah perlu
dilakukan pengapuran. (Pracaya, 2002).
Kecambah
selada tidak tahan terhadap salinitas sedangkan tanaman yang lebih tua lebih
toleran. Tanaman Selada peka terhadap cekaman lengas. Pertumbuhan selada dapat
dioptimumkan dengan pasokan lengas yang seragam, dan penjenuhan tanah yang
tidak berkepanjangan harus dihindarkan (Rubatzky dan yamaguchi, 1997).
c. Hama penyakit
Tanaman selada sering menghadapi
ancaman serangan penyakit.Penyakit yang penting ialah penyakit busuk akar yang
disebabkan oleh cendawan Rhizoctoniasolani Khun. Penyakit ini sering
menyerang tanaman muda (waktu dipersemaian). Akan tetapi, penyakit ini dapat
diatasi dengan semprotan larutanBenlate 0,2 – 0,5% pada tanahnya.
Selain penyakit, ada juga hama yang
mengancam pertumbuhan tanaman.Hama yang perlu diberantas ialah kutu-kutu daun (Mysuspersicae
Sulzer).Hama tersebut merupakan serangga vektor penyakit virus yang
menimbulkankerugian dan kegagalan seluruh tanaman. Kutu-kutu daun ini dapat
diberantasdengan semprotan Kalthane 0,2%.
d.
Kreasi media tanam
Budidaya tanaman sayuran secara
vertikultur
Sesuai
dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka
vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal
atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara
vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk
daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa
untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang
tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan
merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan
yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan
memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi
juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan. Model, bahan, ukuran,
wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan
keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau
dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak.
Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran
karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah
memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah
kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek,
dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara
vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk,
kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun
lainnya. Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu
dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi
pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur
dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan
berkualitas.
Pembuatan wadah tanam
vertikultur
Contoh salah satu wadah tanam dibuat
dari dua batang bambu yang masing-masing panjangnya 120 cm, dengan pembagian
100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah. Pada setiap
bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Bambu dipilih yang batangnya
paling besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus
kualitas bambu, semakin lama masa pemakaiannya. Di bagian 20 cm terdapat ruas
yang nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bambu
kecuali yang terakhir dibobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruhan
ruang dalam bambu terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan.
Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah
lubang kecil dengan paku untuk sirkulasi air keluar wadah. Selanjutnya dibuat
lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor listrik. Dapat
juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk membuat lubang. Lubang dibuat secara selang-seling
pada keempat sisi bambu (asosiasikan permukaan bambu dengan bidang kotak). Pada
dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada
dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang
tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan
jarak antar lubang dibuat 30 cm.
Pengadaan
media tanam
Media
tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media
tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media
tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam
dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran
hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat
unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan
prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah
sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi
unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
Persiapan
bibit tanaman dan penanaman
Sebelum
berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit
tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada
tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik.
Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur lebih dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu terpisah.
Pemeliharaan
tanaman
Tanaman
juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman
memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari
juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
Sebaiknya
pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang
atau pupuk bokashi. Disarankan agar sayuran buah seperti cabe, tomat tidak
mudah rontok sebaiknya menambahkan KCL satu sendok teh atau sendok makan
tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL setiap 5 sampai 6 bulan sekali.
Di perkotaan, pupuk kandang atau kompos harganya menjadi mahal. Limbah dapur
atau daun-daun kering bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk
bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk
kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk
organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman.
Bokashi
dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau lubangnya sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan, pupuk kotoran hewan yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk. Di swalayan, kios tanaman saat ini sudah banyak dijual pupuk kandang yang sudah kering, tidak berbau, dan steril. Saat ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau lubangnya sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan, pupuk kotoran hewan yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk. Di swalayan, kios tanaman saat ini sudah banyak dijual pupuk kandang yang sudah kering, tidak berbau, dan steril. Saat ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal.
Saran
untuk berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Ditekankan
pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah.
Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari
tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran
tidak perlu digunakan furadan.
Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar