BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dunia
pertanian maupun dunia usaha dalam bidang pertanian erat kaitannya dengan
aspek-aspek sosiologi yang mencakup kebudayaan, stratifikasi sosial,
kelembagaan, dan jaringan sosial. Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi
kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supradesa.
Kebudayaan
dapat memberi pengaruh dalam usaha pertanian. Sabagai contohnya bila pada suatu
daerah mayoritas makanan pokok masyarakatnya adalah padi maka secara otomatis
usaha pertanian yang dilakukan para petani kebanyakan akan menjadikan padi
sebagai komoditas utama usaha mereka.
Dalam
suatu daerah atau desa terdapat lapisan-lapisan masyarakat atau stratifikasi
sosial. Pada beberapa kelompok masyarakat, stratifikasi sosial atau pelapisan
masyarakat tersebut dapat diukur dari luas sawah yang dimiliki bila pada daerah
tersebut mayoritas mata pencahariannya adalah sebagai petani.
Kadang
kala dalam usaha pertanian didapati suatu permasalahan yang belum diketahui
solusinya sehingga muncul suatu dampak negatif bagi usaha pertanian. Seperti
contonhya merebaknya hama tikus yang menyerang tanaman. Dalam menyelesaikan
masalah tersebut suatu lembaga dibentuk sebagai tempat musyawarah sehingga
dapat ditemukan jalan keluar dari permasalahan itu.
Usaha
pertanian erat kaitannya dengan pemsaran, baik yang dilakukan secara langsung
maupun melalui perantara atau distributor. Dibutuhkan jaringan sosial yang baik
agar dapat memasarkan hasil pertanian tersebut. Oleh karena itu aspek-aspek
sosiologi memang sangat berperan dalam mempengaruhi kemajuan usaha pertanian
baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa.
1.2 Tujuan
Tujuan
diadakannya fieldtrip sosiologi pertanian yang dilakukan di desa Donowarih
adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman aspek-aspek sosiologis pada
tingkat petani dan tingkat desa yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha
pertanian.
BAB
II
ASPEK
SOSIOLOGIS PETANI
Diskripsi
Keluarga dan Usahatani Pak Sudir (Oleh Evi Nur Aili 105040200111083)
Salah
satu rumah petani yang kami kunjungi di desa Donowarih adalah rumah dari Bapak
Sudir dengan nomor rumah 36, rt 06/02. Bapak sudir berusia 48 tahun. Bapak
sudir memiliki seorang istri yang bernama Susiati dan 2 orang anak. Pekerjaan
bapak sudir adalah petani. Pendidikan terakhir yang ditempuh pak Sudir adalah
SD kelas 5. Bapak sudir bekerja sebagai petani sejak tahun 1990-an. Bapak sudir
memiliki lahan pertanian sendiri dengan luas 1 ha. Lahan tersebut di beli pak
sudir dari temannya pada tahun 1990. Setelah memiliki lahan pertanian, pak
sudir langsung mengolah lahan tersebut untuk dijadikan lahan pertanian. Pak
sudir memiliki 2 hewan ternak yaitu sapi. Sapi tersebut digunakan pak Sudir
untuk membantunya dalam mengolah lahan pertaniannya.
Pak
Sudir menanami lahan pertaniannya dengan menggunakan sistem tumpangsari. Dalam
satu tahun, lahan sawah pak sudir ditanami padi, cabai, jagung, dan sawi. Pak
sudir memilih tanaman tersebut karena mudah dalam perawatan. Dalam satu tahun
pak sudir dapat memanen padi sampai 2 kali. Pada tanaman sayuran pak sudir
dapat memanen hasil sebanyak 3 kali. Pak Sudir menggunakan cangkul dan bajak
dalam mengolah sawahnya. Pengolahan lahan biasanya dilakukan setelah 1 bulan
panen. Pak Sudir memperoleh bibit dari kelompok tani dan sebagian ada yang di beli
secara pribadi karena bibit yang di peroleh dari kelompok tani biasanya
memiliki kualitas yang kurang baik dan tidak unggul dan jumlah bibit yang
diberikan oleh kelompok tani pun sedikit. Biasanya, pak Sudir memperoleh bibit
padi dari kelompok tani sebanyak 5 kg untuk satu kali panen. Pak Sudir selalu
mendapatkan bibit dari kelompok tani karena setiap bulan pak Sudir membayar
uang kas sebesar 10.000. Setiap satu bulan sekali kelompok tani mengadakan
pertemuan. Bibit baru di berikan oleh kelompok tani kepada pak sudir, setelah
lahan pak Sudir panen. Harga 4 bungkus bibit tomat yang dibeli sendiri oleh pak
Sudir seharga 10.000. Dua bungkus bibit tomat, bisa digunakan untuk 2 bedeng.
Sedangkan harga bibit cabai merah besar seharga 100.000. Jarak tanam untuk padi
adalah 20 m2. Jumlah bibit padi dalam satu lubang yang biasa di
berikan oleh pak Sudir adalah 15 bibit. Perairan di peroleh dari aliran sungai
yang berasal dari daerah batu. Sistem pengairan di atur oleh HIPPA yang ada di
desa tersebut. Setiap panen pak Sudir memberikan imbalan kepada himpunan
pengatur air tersebut berupa uang atau padi. Jenis pupuk yang biasa di gunakan
oleh pak Sudir adalah jenis pupuk organik, kandang yang berasal dari kotoran
sapi, kimia, urea, phonska dan KNO 29. Untuk tanaman cabai dan jagung biasanya
diberkan jenis pupuk campuran antara KNO 29 2 kg dan phonska. Untuk penyiangan
pak sudir menggunakan arit dan tangan. Hama yang ditemukan dalam usaha tani pak
Sudir adalah walang sangit, wereng, dan tikus. Tikus sangat mendominasi. Untuk
mengendalikan hama wereng dan walang sangit, pak Sudir menggunakan semprotan
micin. Sedangkan untuk mengendalikan hama tikus menggunakan phospit. Panen
dilakukan dengan cara dirontokkan dengan digebyok. Setelah dirontokkan, padi
dibersihkan dan di jemur. Hasil panen langsung di jual karena biasanya jika
waktu panen tiba, para pembeli sudah berada di tempat untuk membeli hasil
panen. Pak Sudir memperoleh pengetahuan tentang cara bercocok tanam dari
penyuluhan yang diberikan oleh gapoktan. Namun setelah itu, pak Sudir banyak
melakukan percobaan-percobaan sendiri untuk meningkatkan hasil panennya.
Setelah menemukan cara budidaya yang terbaik, pak Sudir tidak pernah merubah
cara budidayanya.
Sejak
awal membeli lahan pertanian sampai sekarang, luas lahan pertanian milik pak
Sudir tidak pernah mengalami perubahan. Status Rumah yang ditempati oleh
keluarga pak Sudir adalah milik sendiri. Dengan luas rumah 60-70 m2.
lantai rumah pak Sudir sudah menggunakan keramik dengan dinding tembok. Jenis
atap yang digunakan adalah genteng. Keluarga pak Sudir memiliki 1 sepeda motor
dan 1 televisi 14 inc. Keluarga pak Sudir tidak memiliki telepon rumah maupun
handphone.
Di
desa donowarih, terdapat gabungan kelompok tani yang di ketuai oleh bapak
Ridwan. Bapak Sudir adalah salah satu anggota dari gapoktan. Salah satu
kegiatan yang dilakukan oleh gaboktan di desa donowarih adalah mengadakan suatu
musyawarah untuk membicarakan masalah-masalah yang muncul dalam bidang
pertanian di desa donowarih. Pak Sudir adalah anggota yang aktif dalam
mengikuti kegiatan kelompok tani tersebut. Manfaat yang di rasakan oleh pak
Sudir selama menjadi anggota gapoktan adalah banyak mendapatkan bantuan dalam
memecahkan masalah yang timbul dalam sistem pertaniannya.
Di
desa donowarih juga terdapat HIPPA, himpunan petani pemakai air yang di ketuai
oleh bapak Sukadi. Pak Sudir termasuk kedalam anggota HIPPA di desa tersebut.
Kegiatan HIPPA di desa tersebut adalah mengatur pembagian air setiap harinya.
Pak sudir aktif dalam HIPPA. Manfaat yang diperoleh selama pak Sudir menjadi
anggota HIPPA adalah banyak mendapatkan bantuan dalam pembagian air secara
merata. Iuran yang dikenakan untuk anggota HIPPA adalah 100.000. Iuran
dikumpulkan setiap setelah panen.
Selama
menjalankan usahatani, pak Sudir tidak pernah membutuhkan modal dari luar. Pak
sudir dalam melakukan kegiatan usaha taninya tidak pernah menggunakan tenaga
kerja tambahan dari luar karena sistem bididaya tanaman yang dilakukan pak
Sudir menggunakan sistem tumpangsari, jadi pengolahan dan perawatannya pun
tidak secara serempak bisa bergantian. Semua sarana produksi usahatani pak
Sudir seperti bibit, pupuk kimia, pupuk organik dan pestisida didapatkan dari
gapoktan, beli secara pribadi, membuat sendiri, dan sebagian dari hasil panen
sebelumnnya. Hasil panen yang diperoleh oleh bapak Sudir setiap musim panen,
lebih dari 50% di jual selebihnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil
panen biasanya langsung di jual kepada pembeli setelah dikeringkan dan masih
dalam bentuk gabah.
Pak
sudir pernah berkonsultasi dengan PPL yang ada di desa donowarih tetapi jarang
karena kebanyakan saran yang diberikan tidak begitu mempengaruhi hasil
pertanian untuk mengalami peningkatan. BPTP sering mengunjungi desa donowarih
untuk mengadakan penyuluhan tentang pertanian dan di sana pak Sudir sering
konsultasi dan diskusi tentang maslah pertanian. Bapak sudir tidak menjalin
kerjasama dengan kios sarana produksi pertanian dan kerjasama dalam kelompok
tani dalam pemasaran hasil produksi. Pak sudir pun tidak pernah berhubungan dengan
bank manapun untuk menyimpan uang maupun meminjam modal.
Kondisi
pertanian di desa donowarih yang sekarang dengan kondisi pertanian sebelum
reformasi atau masa orde baru jika dibandingkan mengalami kemunduran. Hal ini
disebabkan karena harga jual tidak sebanding dengan harga penanaman dan
perawatan. Pada masa P. Suharto harga-harga seperti bibit, pestisida, obat
kimia, dan lain-lain sangant murah dan harga jualnya pun cukup tinggi. namun
pada masa reformasi terjadi sebaliknya, harga bibit, pestisida, dan obat kimia
sangat tinggi namun harga jual sangat rendah. menurut pendapat pak sudir
mengenai pemerintah yang sekarang menggalakkan penggunaan pupuk organik dari
pada pupuk kimia itu sama saja. Karena menurut pak sudir hasil yang di dapatkan
dari penggunaan pupuk kimia maupun pupuk organi untuk hasil pertaniannya sama
saja hasilnya, tidak ada perbedaan. Jika berbicara tentang kondisi kesuburan
tanah pertanian yang ada di desa donowarih itu tergantung pada iklim dan sifat
tanah tersebut. Untuk mengantisipasi perubahan iklim yang memepengaruhi tingkat
kesuburan tanah, pak sudir pengantisipasi dengan menanam tanaman yang memiliki
sifat yang sesuai dengan kondisi lahan pertaniannya tersebut atau dengan
pengolahan tanah lebih lanjut dengan memperhatikan sisten irigasi.
Diskripsi
Keluarga dan Usahatani Pak Ridwan (Oleh Farahmita S 105040200111088)
Berikut
adalah identitas petani yang berperan sebagai narasumber.
Nama
: RIDWAN
Umur
: 60 tahun
Tingkat
pendidikan formal : SD
Pekerjaan
KK : petani (utama)
Sejak
kapan menjadi petani : sejak tahun 1966
Jumlah
anggota keluarga : 1 orang istri,5 orang anak dan 6 orang cucu
Luas
lahan pertanian sawah : 250 dm² (milik sendiri)
I. Deskripsi
keluarga
Di
desa Donowarih dusun Karangan RT 15 RW 04,sebuah keluarga dengan kepala
keluarga yang bekerja sebagai petani yang bernama Bapak Ridwn. Beliau berumur
60 tahun, mempunyai seorang istri,5 orang anak dan 6 orang cucu. Beliau ber
pendidikan terakhir SD, beliau belajar peratnian sejak kecil, beliau belajar
dri umur 15 tahun.
Sawah
yang dimiliki beliau saat ini berasal dari pemberian anaknya. Dalam setahun
beliu menanam padi dan jagung. Hasil panennya hanya untu dikonsumsi
sendiri,tidak untuk dijual.
II. Kebudayaan
Petani
Pada
saat ditanami padi, beliau dalam pengolahan lahan menggunakan bajak, persiapan
benih pun sudah di siap kan sebelum penanaman. Benih yang digunakan biasanya
beras 64 dan untuk lahan 0,25 hektar membutuhkan benih 16 kg dengan waktu tanam
berumur18-20 hari. Jumlah bibit per lubang sekitar 2-3 bibit. Puouk yang
biasanya diguna SP-36, Phonska, ZA, dan urea. Pemupukan dilakuakan 3X, setelah
20 hari pupuk yang diberikan adalah ZA, SP-36, dan urea. Penyiangan yang
dilakukan beliau dengan menggunakan manual atua dengan tangan, dan lahan beliau
pengairanya dengan cara dialiri air. Hama yang sering dijumpai adalah walang
sangit dan tikus. Pengendalaiannya dengan menggunakan pestisida cobra untuk
walang sangit dan pospit untuk tikus. Dosisi yang dugunakan 10 L air untuk 1
sendok makan pestisida yang dilakukan dengan cara disemprot. Waktu penyemprotan
biasanya waktu sore.
Tanda
padi sudah mulai di panen adalah warna sudah menguning dan padi sudah merunduk.
Pemanenan dilakukan dengan menggunkan sbit dan digebyok. Hasilnya kurang lebih
2 ton beras, hasilnya untuk dikonsumsi sendiri. Pengetahuan bercocok tanam
diperoleh dari took pertanian dan juga dari PPL. Penegetahuan dalam bercocok
tanam berubah mulai dari cara penanaman,pemupukan dan pengolahan.
III. Stratifikasi
Sosial
Luas
lahan yang dimiliki beliau tetap tidak ada perubahan, tidak berkurang ataupun
bertambah. Kondisi rumah yang beliau tinggali sekarang sudah berkecukupan,
status rumah milik pribadi. Luas lahan rumah 7 m x 15 m, lantai rumahpun sudah
tegel/keramik,sudah bertembok, dan atap sudah genteng. Di lihat dari segi rumah
beliau, beliau sudah termasuk orang yang mampu atau berkecukupan.
Alat
taransportasi yang beliau miliki adalah sebuah sepeda motor, sudah memiliki
televise berukuran 14 inc. alat komunikasi yang dimiliki adalah HP. Kedudukan
beliau dalam masyarakat hanyalah anggota masyarakat biasa. Dan sebagai ketua
kapoktan setempat.
IV. Kelembagaan
Di
desa Donowarih terdapat kelompok tani yang diketuai oleh beliau . Menurut
beliau kegiatan yang dilakukan kelompok tani yaitu membahas masalah pertanian
di desa tersebut sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan musyawarah
bersama. Banyak manfaat yang dirasakan oleh beliau, salah satunya yaitu
menambah kemajuan khususnya dalam hal penanganan pertanian yang baik serta
menambah pengalaman.
V. Jaringan
Sosial
Hubungan
bapak Ridwan dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di desa Donowarih yaitu
pernah konsultasi dan diskusi, tetapi jarang bahkan sudah tidak pernah lagi,
karena kebanyakan saran yang diberikan ketika diterapkan dalam lahan tidak
berhasil sehingga membuat rugi (menurunkan produksi). Dalam pemasaran hasil
pertanian, kelompok tani mengadakan kerjasama yaitu berupa pemantauan terhadap
harga produksi tiap tahunnya dan selain harga dipantau juga kualitas/mutu hasil
produksinya.
VI. Pengaruh
Sosial dan Globalisasi
Pengamatan
dan pengalaman yang telah beliau alami, kondisi pertanian di desa ini sekarang
dibandingkan dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru
mengalami penurunan dalam segi kondisi dan mengalami peningkatan dalam segi
kulitas. Kemajuan ini dapat dilihat dari teknologi yang semakin berkembang .
Tingkat kesuburan pun beberapa tahun terakhir telah mengalami kemunduran. Hal
ini disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu serta pengairan yang tidak
terkontrol. Untuk mencegah kemunduran tingkat kesuburan tanah tersebut, beliau
menggunakan antonik dengan cara penyemprotan atau biasa dikenal dengan istilah
pengompresan.
VII. Kesimpulan
Kesimpulannya
bahwa bapak Ridwan yang sudah sejak kecil belajar bertani dari toko pertanian
beliau hingga sampai sekarang yang masih bekarja sebagai petani. Sawah yang
dimiliki bapak Ridwan berasal dari pemberian anaknya. Di dalam masyarakat pun
beliau juga terkadang berperan sebagi ketua kapoktan. Dengan adanya kelompok
tani tersebut pertanian beliau menjadi selangkah lebih maju. Sarana produksi
usahatani baik benih, pupuk dan pestisida beliau dapatkan dengan cara membeli
kontan. Hasil panennya dikonsumsi sendiri.
Menurut
beliau kondisi pertanian di desa ini sekarang dibandingkan dengan kondisi
pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru mengalami penurunan dalam segi
kondisi dan mengalami peningkatan dalam segi kulitas. Kemajuan ini dapat
dilihat dari teknologi yang semakin berkembang . Tingkat kesuburan pun beberapa
tahun terakhir telah mengalami kemunduran.
3. Deskripsi
Keluarga dan Usahatani Pak Sunan (Oleh Ernita L.P.P 105040200111089)
I. IDENTIFIKASI
PETANI
Nama
petani : Sunan
Umur
: 33 Tahun
Tingkat
pendidikan formal : SD
Pekerjaan
: a. Utama: Buruh tani b. Sampingan: --
Lama
menjadi buruh tani : Sejak tahun 1990
Jumlah
anggota keluarga : 4 orang, dengan 2 orang anak dan 1 orang istri
Luas
lahan : --
Luas
lahan tegal : --
Jumlah
ternak : --
II. KEBUDAYAAN
PETANI
1. Dalam
satu tahun lahan sawah yang digarap biasanya ditanami padi dan jagung. Dalam
satu tahun tersebut dua kali ditanam padi dan dua kali ditanam jagung. Hal
tersebut dilakukan atas dasar permintaan pemilik sawah.
2. Cara
bercocok tanam padi adalah sebagai berikut :
Sebelum
bibit padi ditanam maka terlebih dahulu benih padi ( gabah ) di buat pembenihan
dahulu. Setelah umur sekitar satu bulan maka tanaman bibit padi siap untuk di
tanam. Sambil menunggu tanaman padi yang di buat bibitnya maka tanah yang akan
ditanami dipacul terlebih dahulu dengan dibuat bedengan-bedengan,serta tidak
lupa diberi pupuk kandang atau daun-daunan untuk pupuk alami. Bila semuanya
sudah siap maka tanah yang akan ditanami dialiri dengan air kemudian
tanahnya dipaculi kembali agar gembur serta bila ada tanaman penggangggu
dicabuti. Bibit padi dari persemaian dicabuti dan dibersihkan akar-akarnya dari
tanah yang menempel kemudian diikat dengan tali. Tali bsa dari tutus bambu atau
daun kelapa. Bila bibit sudah siap dan lahan sudah dialiri dengan air maka
bibit padi mulai ditanam di petak-petak sawah secara mudur agar penanam tidak
menginjak bibit padi yang sudah ditanam. Selesai penanaman maka kotak-kotak
tanah yang sudah ditanami diberi air sampai penuh agar tanah tidak kering.
Jarak skitar satu minggu diberi pupuk buatan Urea untuk merangsang pertumbuhan
padi tersebut. Setelah sebulan bibit padi yang sudah ditanami akan terlihat
hijau dan kemudian di bersihkan dari rumput-rumput yang mengganggu,dan kita
tinggal menunggu hasil panennya.
a. Pengolahan
tanah menggunakan bajak berupa hewan yaitu sapi
b. Cara
mempersiapkan benih untuk persemaian yaitu benih terlebih dahulu direndam dalam
air. Benih yang terapung dibuang. Lama perendaman benih sekitar 24 jam, lalu
diperam. Lama benih diperam sekitar 48 jam. Setalah terjadi perkecambahan, pada
persemaian tersebut dilakukan perawatan yaitu dengan menggenangi bedengan
dengan air selama 24 jam. Setelah 24 jam digenangi air, jumlah air dalam
bedengan dikurangi agar benih tidak membusuk. Pada persemaian juga diberi pupuk
yaitu dapat berupa pupuk urea dll.
c. Membuat
persemaian di bedengan sawah, varietas unggul seperti varietas genjah, jumlah
benih 25kg untuk 1 ha sawah, umur persemaiannya sekitar 17-25 hari.
d. Cara
tanamnya yaitu dengan jarak tanam sekitar 25 cm, jumlah bibit perlubang untuk
varietas unggul sekitar dua bibit dan untuk varietas biasa sekitar 10 bibit per
lubang tanam, dan kondisi airnya diatur sesuai keadaan dan kebutuhan.
e. Jenis
pupuk yang digunakan yaitu urea, Phonska, TSP, dan pupuk organik. Dilakukan dua
kali sehari pada pagi hari dan sore hari.
f. Penyiangan
dilakukan secara menual menggunakan arit atau sabit selama 10 hari pertama masa
tanam awal padi. Cara pengairannya bila pada musim hujan cukup dibiarkan dengan
menggunakan air hujan, bila pada musim kemarau pada malam hari diberi air
sebanyak dua kali dalam 10 hari, atau lima hari sekali.
g. Jenis
hama yang menyerang yaitu tikus, belalang, burung pipit, ulat dan wereng. Bila
terjadi serangan hama menggunakan pestisida yaitu sekor dan poliku.
h. Ciri-cici
padi sudah siap di panen yaitu warnanya kuning dan umurnya sudah tua. Padi
dipanen dengan menggunakan sabit lalu dibersihkan dan disimpan.
3. Cara
mengetahui bercocok tanam padi yaitu belajar sendiri atau otodidak.
4. Sejak
pertama menjadi buruh tani pernah terjadi perubahan cara budidaya padi yaitu
dengan penggunaan bajak singkal sejak tahun 2007. Yang mendorong terjadinya
perubahan ialah dari orang-orang sekitar terutama kelompok tani yang telah
banyak menggunakan bajak singkal.
III. STRATIFIKASI
SOSIAL
1. Tidak
terjadi perubahan luas lahan yang dimiliki karena sejak dulu tidak memiliki
lahan sawah sendiri.
2. Tidak
ada perubahan luas lahan.
3. Kondisi
rumah saat ini
a. Status
rumah yang ditempati : milik sendiri
b. Ukuran
rumah : 6 m x 10 m
c. Jenis
lantai : Tegel/keramik
d. Jenis
dinding : Tembok
e. Jenis
atap : Genteng biasa
4. Pemilikan
alat transportasi
a. Kendaraan
yang dimiliki : Sepeda motor
b. Pemilikan
tv : Memiliki 14 inchi
c. Pemilikan
telpon : Tidak ada
5. Kedudukan
dalam masyarakat
a. Sebagai
pamong desa : Tidak
b. Pengurus
kelompok tani : Hanya anggota
c. Tokoh
masyarakat : Tidak
d. PNS
: Tidak ada
IV. KELEMBAGAAN
Kelompok
tani
1. Dalam
desa ada kelompok tani
2. Ketua
kelompok tani Bapak Ridwan
3. Menjadi
anggota kelompok tani
4. Kegiatan
kelompok tani antara lain membahas tentang pengendalian hama tikus dan
sosialisasi pembuatan pupuk organik.
5. Aktif
dalam kegiatan kelompok tani.
6. Manfaat
dalam mengikuti kegiatan kelompok tani ialah mendapat pengalaman dan
pengetahuan yang lebih banyak.
Himpunan
petani pemakai air (HIPPA)
1. Di
desa ada HIPPA
2. Ketua
tidak tau
3. Tidak
menjadi anggota
Lembaga
Keuangan/Perkreditan
1. Pernah
membutuhkan modal dari luar keluarga.
2. Mendapat
dari orang yang bekerja khusus memberi modal/hutang dalam jangka waktu 3 bulan
dengan bunga 20%.
Lembaga
lain/pranata sosial dalam usaha pertanian
1. Tidak
pernah menggunakan tenaga kerja dari luar karena pekerjaan utamanya adalah
buruh tani
2. Cara
mendapatkan sarana produksi usaha tani;
a. Benih
: Dari hasil panen sebelumnya
b. Pupuk
kimia : Beli kontan
c. Pupuk
organik : Beli kontan
d. Pestisida
: Beli kontan
3. Hasil
panen semua atau lebih dari 50% dijual dan sisanya dikonsumsi sendiri.
4. Yang
dijual dalam bentuk gabah kepada pedagang yang datang.
V. JARINGAN
SOSIAL
1. Hubungan
dengan PPL di desa yaitu pernah datang konsultasi dan diskusi tetapi jarang.
2. Tidak
pernah ada hubungan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan
petuganya yang kantornya di Karang Ploso.
3. Tidak
ada kerjasama dengan Kios Sarana Produksi Pertanian karena pemenuhan sarana
produksi pertanian seperti bibit dapat menggunakan dari hasil panen sebelumnya,
pestisida dan pupuk yang digunakan juga dibeli secara kontan.
4. Tidak
ada kerjasama antar anggota kelompok tani dalam hal pemasaran karena pemasaran
hasil pertanian dilakukan secara langsung oleh masing-masing petani kepada para
pedagang.
5. Pernah
berhubungan dengan bank untuk meminjam modal.
VI. PERUBAHAN
SOSIAL DAN GLOBALISASI
1. Kondisi
pertanian sekarang dengan masa orde baru lebih mengalami kemunduran karena
dirasa semua sarana produksi pertanian semakin mahal dibanding pada saat masa
orde baru.
2. Faktor
yang menyebabkan kemunduran kondisi pertanian adalah dengan dibukanya pasar
bebas dunia sehingga semua bahan pertanian berasal dari luar negeri dan
harganya mahal.
3. Harga
hasil pertanian sekarang dengan masa orde baru sama saja. Dulu semua sarana
produksi pertanian harganya murah dan harga jual hasil pertaniannya juga
rendah. Sekarang sarana produksi pertanian harganya mahal dan harga jual hasil
pertanian juga tinggi.
4. Setuju
dengan penggalakan penggunaan pupuk organik yang dilakukan oleh pemerintah
karena pupuk organik lebih alami sehingga tidak menyebabkan efek samping yang
buruk kepada hasil pertanian.
5. Sawah
mengalami kemunduran tingkat kesuburan karena akibat dari penggunaan pupuk
anorganik seperti urea dll. Tanda-tanda terjadi kemunduran kesuburan adalah
dengan kondisi tanahnya yang menjadi tidak gembur lagi setelah menggunakan pupuk
anorganik, tanaman yang ditanam juga tidak dapat tumbuh dengan subur.
6. Upaya
untuk mencegah kemunduran kesuburan tanah adalah dengan pemakaian pupuk organik
dalam setiap kegiatan budidaya tanaman.
4.
Diskripsi Keluarga dan Usahatani Ibu Narwini (Oleh Intan M. S 10504020011107)
II.1
Deskripsi Keluarga
Ibu
Narwini adalah petani yang berumur 60 tahun,ibu narwani mendapatkan pendididkan
hanya sampai batas SD saja,karena pada zaman dahulu orang yang bertamatkan Sd
sudah dikatakan mengecam pebdidikan yang layak dan bagus untuk dikalangan desa
tempat lahir ibu Narwini.Pekaerja utma ibu Narwini ialah Petani,selain dari itu
ia tidak mengambil pekerjaan sampingan lainnya,karena baginya bekerja sebagai
petani sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarganya.Adapun luas lahan yang
dimiliki Ibu Narwini ialah ¼ ha semenjak tahun 2000.Ibu Narwini hanya bertani
dengan Tradisional,ia tidak menggunakan jasa hewan untuk membajak,oleh karena
itu ia tidak memiliki ternak sama sekali.
II.2
Kebudayaan Petani
Kebudayaan
yang dimaksud adalah kebudayaan Ibu Narwini dalam bertani dan menggunakan
teknologi pertanian yang diaplikasikan sebagai petani selama ini.dalam hal
penanaman tanaman Ibu Narwini sudah dikatakan baik,karena ia menggunakan sistem
tanaman “bergilir”.Maksud tanaman bergilir ialah dalam satu tahun tanaman yang
di tanam diganti setiap 3 atau 4 bulan sekali,sehingga dengan sistem penanaman
seperti ini unsur hara pada lahan akan kembali lagi.Untuk penanaman secara
bergilir ini Ibu ini menggunakan pengolahan tanah secara Tradisional dengan
membajak sawahnya,dan untuk benih yang ingin ditanam Ibu tersebut langsung
membeli yang jadi dengan varietas yang unggul dan jumlahnya 150 denagn jarak
tanam 10 cm dan 2 bibiot perlubang.Untuk pengairan sendiri karena di desa tidak
ada HIPPA,maka Ibu Narwini mengairi sawahnya dengan irigasi.Dalam hal
pemupukkan Ibu Narwiwi hanya menggunakan pupuk organik yaitu Urea,yang
dilakukan pada awal penanaman.Penyiangan dilakukan dengan menggunakan
Gasrok,agar penyiangan baik maka penyiangan harus digenangi terus dan jangan
dibiarkan kering.Kesulitan yang sering dialami dalam bercocok tanam ialah
ketika hama sudah menyerang yaitu hama wereng,tikus,belalang,dsb.Hal pertama
yang dilakukan ialah menyemprot dengan pestisida,karena menurut ibu ini,hal ini
adalah salah satu cara yang berguna sebagai pencegahan tanaman mati.Jika ingin
panen ibu ini terlebih dahulu melihat dari ciri fisiknya,seperti daun yang
berwarna kuning,dan mengetahui bulirnya.Dalam melakukan pemanenan ibu ini
menggunakan alat yaitu sabit.Untuk hal pengetahuan cara bercococok tanam Ibu
Narwini hanya belajar otodidak tanpa ada penyuluhan,orang tua,dan pihak lain
manapun sehingga sampai saat ini pengetahuannya tidak pernah berubah,karen
akurang percaya kepada hal yang baru.
II.3
Status Sosial dan Posisinya dalam Lapisan sosial
Ibu
Narwini mulai bertani hingga saat ini hanya memiliki lahan ¼ ha saja dan tidak
ada perubahan.Keadaan dan kondisi rumah Ibu Narwini terbilang kategori
Sederhana dengan ukuran rumah 5m×8 m,dengan lantai Plester/semen,jenis dinding
tembok dan jenis atap asbes/seng,fasilitas yang dimiliki sepeda motor,TV
sebanyak 1 buah,HP.Kedudukan dapat dikatakan sebagai lapisan nomor 2,karena
lapisan nomor 1 dapat dikatakan yaitu Guru,PNS,Tokoh agama,Kades.dan lapisan
nomor 2 yaitu ketua kelompok tani,ketua RT,ketua dusun,dan petani.Sedangkan
untuk lapisan nomor 3 yaitu pengangguran,pengemis.
II.4
Kelembagaan Yang Berkaitan dengan Usahatani
Salah
satu kelembagaan usaha tani di desa Donowarih ialah adanya kelompok tani yaitu
Gapoktan yang merupakan gabungan tani dari kelompok tani Sumberlancar yang
berdiri tahun 2009 dan sumber rejeki 3 tahun 70an.Adapun ketua Gapoktan
tersebut ialah Pak Riduan,dalam kelompok tani tersebut Ibu Narwini merupakan
anggota kelompok tani.Menurut Ibu Narwini kelompok tani ini banyak berpreran
dan melakukan kegiatan contohnya : Bantuan obat-obatan tetapi beli,bantuan cara
pengendalian hama yang tepat,bantuan yang lainnya.Dalam hal ini Ibu Narwini
merasakan manfaatnya yaitu membeli semua obat-obatan dengan harga separuh harga
jadi lebih hemat dan irit.Semua sarana produksi usaha tani hanyalah di beli
kontan oleh Ibu Narwini dan hasil panennya hanya di konsumsi sendiri.
II.5
Jaringan sosial
Hubungan
Ibu Narwini sangat bersahabat,karena Ibu Narwini sering berkonsultasi dan
diskusi masalah pertanian dengan PPL,BPTP,tetapi tidak langsung
mempercayainya.Ibu tidak ada hubungan kerjasama denga kios produksi pertanian
dan juga dengan pemasaran tidak ada karena hasil pertanian banayak di konsumsi
untuk kebutuhan sendiri.Sehingga jika di tanya hubungan kerjasama dengan bank
maka Ibu memilkinya yaitu hanya untuk menabung .
II.6
Perubahan sosial
Menurut
Ibu Narwini Pertanian sekarang mengalami kemunduran,karena pada Zaman dahulu
penyakit masih jarang dan mudah diatasi dan penanggulangannya cepat,jika pada
saat ini lahan bertani saja sudah banyak dijadikan sebagai
perumahan,hotel,dll.Juga pada Zaman sekarang sangat banyak penyakit pada
tanaman karena terlalau yakin pada hal-hal yang baru.
II.7
Kesimpulan
Kesimpulan
dari hal ini Bahwa Ibu Narwini masih menganut kebudayaan primitiv dan
tradisional karena tidak percaya kepada hal-hal yang baru,status sosial ibu
wardini ialah seorang masyarakat menengah dengan berada di lapisan masyarakat
pada golongan 2.Kelembagaan yang ada hanya Kelompok tani dan Hubungan kerjasama
dengan Bank saja,jaringan sosial sangat terjaga dengan masyarakat
setempat,PPL,ataupun BPTP.Sampai saat ini perubahan sosial yang ada bahwa
pertanian semakin mengalami kemunduran.
BAB
III
PENUTUP
Dari
keempat petani yang telah diwawancarai bahwa semua telah menjadi petani sejak
masih kecil atau masih remaja. Sawah yang dimiliki biasanya didapat dari
warisan atau membeli dari orang lain. Di desa Donowarih terdapat kelompok tani.
Dengan adanya kelompok tani tersebut pertanian beliau menjadi selangkah lebih
maju. Sarana produksi usahatani baik benih, pupuk dan pestisida didapatkan
dengan cara membeli kontan. Hasil panennya dikonsumsi sendiri.
Menurut
keempat petani tersebut kondisi pertanian di desa ini sekarang dibandingkan
dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru mengalami
penurunan dalam segi kondisi dan mengalami peningkatan dalam segi kulitas.
Kemajuan ini dapat dilihat dari teknologi yang semakin berkembang . Tingkat
kesuburan pun beberapa tahun terakhir telah mengalami kemunduran.