Rabu, 21 Desember 2011

Laporan FIELDTRIP SOSPER


ASPEK SOSIOLOGIS PETANI
1.      Diskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Agus (Oleh Aris Budiman NIM : 115040100111005)
II.1 Deskripsi Keluarga
Pada hari Minggu tanggal 18 Desember 2011 saya melakukan penelitian di sebuah desa yang ada di Malang. Satu diantara rumah-rumah petani yang ada di sana adalah kediaman pak Agus. Pak Agus berusia ± 46 tahun. Jumlah anggota keluarga pak Agus ada 2 orang. Pendidikan terakhir pak Agus adalah sekolah dasar (SD). Pekerjaan menjadi petani di emban sejak beliau berusia 15 tahun. Bisa dikatakan petani adalah pekerjaan utama beliau. pak Agus menyewa lahan pertanian sawah dengan luas  ¼ ha dengan hasil setahun 3 kali panen,ia menyewa lahan ¼ ha itu selama 2 tahun bengan biaya 10 juta. Pak  Agus Tidak mempunyai lahan tegal akan tetapi, pak Agus mempunyai Jumlah hewan ternak yang di pelihara 8 ekor berupa ayam.
II.2 Kebudayaan Petani
Dengan luas lahan yang berukuran ¼ ha tersebut, pak Agus Dalam 1 tahun lahan itu hanya ditanami padi,karena memang pak Agus dari dulu selalu menanam padi tidak pernah berganti tanaman lain seperti jagung atau kangkung.  Dalam bercocok tanam pak Agus pertama-tama menyiapkan jenis padi IR. Dan rata-rata jenis tanaman yang di tanam  pak Agus mengalami pergantian.Dalam setahun,pak Agus menanam padi 3x dan panen setiap 4 bulan sekali. Pak Agus memakai sistem tanam demikian karena memang sudah tradisi dalam keluarganya sejak dulu.  Untuk proses cocok tanam padi sendiri cara keluarga beliau adalah sebagai berikut:
Yang pertama tentunya lahan sudah di siapkan. Mengolah tanah dengan cara di traktor, kemudian menyiapkan lahan untuk persemian benih. Di lahan persemian benih ini membuat lubang dengan jarak 23 cm, setiap lubang di isi 3 biji benih padi, di biarkan tumbuh selama, setelah itu benih padi yang sudah tumbuh itu dipindah ditanam di lahan yang lebih luas,dengan jarak 23cm. Jenis pupuk yang digunakan bu Agusti adalah urea dan phonska,pemupukan dilakukan seperlunya. Sedangkan penyiangan padi dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan tangan. Pak Agus mengairi lahannya dengan menggunakan diesel  jika lahan terlihat kering,maka akan di airi, namun tidak sampai menggenang, supaya tidak trlalu becek. Menurut pak Agus selama ia menanam padi tidak ada hama yang menyerang tanamannya. Pak Agus jarang memakai pestisida,kadang ia hanya memakai  obat penghilang rumput(ale akodan), cara memakai dicampur air lalu disemprotkan ke padi. jika padi sudah muncul buah, dan menguning, lalu sudah merunduk dan sudah berumur 120hari, maka pak Agus akan panen. Padi di panen menggunakan sabit, setelah itu dirontokkan dengan digepyok. Setelah digepyok kemudian dibersihkan dari sisa batang yang masih ikut di gabah nya. Gabah itu langsung di jual ke tengkulak. Beliau merasa sudah cocok dengan pupuk kimia yang dianggap praktis dan menghasilkan hasil berlimpah. Pemupukan dilakukan 2- 3 kali untuk sekali panen. Pak Agus memperoleh cara bercocok tanam ini turun-temurun dari kakek nenek dan orang tuanya,terkadang juga ada yang dari penyuluh,dengan cara ceramah. Dan cara itu tidak pernah berubah walaupun sudah turun-temurun.
Dalam mengelola luas lahan pertanian ini pak Agtidak pernah ada perubahan luasnya,karena pak Agus menyewa lahan. Kondisi rumah pak Agus saat ini statusnya milik sendiri,dengan ukuran 5,5 m x 17 m. Berlantai semen, berdinding tembok, beratap genteng biasa. Kendaraan yang dimiliki adalah sebuah sepeda motor,memiliki sebuah televisi berukuran 14 inch,dan memiliki sebuah handphone. Kedudukannya di desa adalah warga biasa.
II.3 Stratifikasi Sosial
Pak Agus tidak mengalami stratifikasi sosial dikarnakan lahan yang dikelola oleh pak Agus sendiri adalah lahan dari menyewa bukan lahannya sendiri.

II.4 Kelembagaan
Di desa Mangliawan terdapat kelompok tani yang di ketuai oleh Bapak Naryo. Pak Agus adalah salah satu anggota dari kelompok tani. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani di desa Mangliawan adalah mengadakan suatu musyawarah untuk membicarakan masalah-masalah yang muncul dalam bidang pertanian di desa Mangliawan atau untuk menarik uang iuran bagi anggota yang mengikuti HIPPA.Manfaat yang dirasakan oleh pak Agus  selama menjadi anggota kelompok tani adalah banyak mendapatkan bantuan dalam memecahkan masalah yang timbul dalam sistem pertaniannya selain itu mudah dalam mencari bibit atau benih, pupuk dan alat-alat pertanian sehingga hasil panen meningkat dan kualitas padi pun meningkat. Berdasarkan yang dijelaskan pak Agus, di Desa Mangliawan terdapat HIPPA. Namun beliau kurang begitu mengerti tentang organisasi tersebut. Beliau tahunya adalah waker,yakni organisasi yang menangani irigasi.
Selama menjalankan usahatani, pak Agus pernah meminjam modal dari luar. Beliau mendapatkan pinjaman gari GAPOKTAN. Untuk sarana produksi usahatani pak Agus seperti bibit, pupuk kimia(ZA), dan pestisida (Amistakor) dapat beliau peroleh dengan membeli dari seorang penyalur. Selama menjalani usaha tani,pak Agus tidak pernah membutuhkan modal dari luar keluarga. Tenaga kerja yang dipakai menggunakan sistem upah harian,denganbiaya sehari 15ribu-20ribu. Tidak semua hasil panen dijual ke tengkulak,sebagian diambil untuk di bawa pulang untuk konsumsi sendiri.
II.5 Jaringan Sosial
Pak Agus tidak pernah berhubungan ataupun brkonsultasi masalah pertanian dengan PPL,BPTP(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian),  kios sarana produksi pertanian, tidak ada kerjasama dalam pemasaran hasil pertanian. Pak Agus juga tidak pernah berhubungan dengan bank, dikarnakan syarat-syarat serta bunga yang dikenakan dari bank menjadi suatubeban teralasansendiri bagi keluarga pak Agus.
II.6 Perubahan Sosial dan Globalisasi
Kondisi pertanian di desa Mangliawan yang sekarang dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru jika dibandingkan adalah sama saja, menurut beliau tidak ada perubahan yang berarti. Namun terdapat kemunduranpada kondisi tanahnya .
Menurut pak Agus, kemunduran ini terjadi karena seringnya menggunakan bahan kimia seperti pupuk dan penggunaan pestisida yang berlebihan. Selain itu juga karena banyaknya hama yang menyerang pertanian. Untuk harga hasil pertanian pada masa reformasi dengan masa orde baru adalah semakin tinggi.Hal ini juga tergantung dengan ongkos produksi dan nilai  kurs rupiah. Pak Agus kurang setuju mengenai pemerintah yang sekarang menggalakkan penggunaan pupuk organik dari pada pupuk kimia karena  pupuk organik di nilai kurang dalam menghasilkan produk pertanianya,padahal beliau membutuhknan hasil produksi yang banyak dan itu beliau dapatkan dengan menggunakan pupuk kimia.
Pertanian sekarang juga mengalami kemajuan karena sudah ada kelomok tani. Hasil pertanian dari orde baru sampai sekarang juga sama saja,karena uang jaman dlu dgn sekarang sama nilainya,karena jaman makin maju,nilai mata uang juga berubah namun nilainya sama. Tanggapan untuk menggunakan pupuk organik setuju saja, namun pak Agus ini belum pernah menggunakan pupuk organik. Jika lahan mengalami kemunduran itu di lihat dari tanah dan tingkat kekeringan tanah.
II.7 Kesimpulan
Dari penggamatan sesuai beberapa aspek sosiologis keluarga pak Agus, beliau adalah petani yang tergolong sebagai petani yang biasa-biasa saja. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik dan materil. Untuk kebudayaannya relative sama dengan petani-petani lain seperti cara bercocok tanamnya. Beliau sudah sejak kecil belajar bertani dari orang tuanya, maupun darbeliau hingga sampai sekarang yang masih bekerja sebagai petani me tetangga-tetanggnya sekalipun di bantu oleh para buruh taninya. Pak Agus sendiri memperoleh lahan dari menyewa k petani lainnya. Di dalam masyarakat pun beliau aktif sebagai anggota kelompok tani. Dengan adanya kelompok tani tersebut pertanian beliau menjadi selangkah lebih maju. Hasil panennya sebagian dikonsumsi sendiri dan sebagian lagi dijual. Menurut beliau kondisi pertanian di desa ini sekarang dibandingkan dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru rata-rata sama saja tetapi juga mengalami penurunan dalam segi kondisi tanah yang sudah tercemar oleh berbagai pupuk kimia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome to Fiqolbi Blog's

semoga bermanfaat