ASPEK
SOSIOLOGIS PETANI
1.
Diskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Agus
(Oleh Aris Budiman NIM : 115040100111005)
II.1
Deskripsi Keluarga
Pada hari Minggu tanggal 18 Desember 2011 saya melakukan penelitian di
sebuah desa yang ada di Malang. Satu diantara rumah-rumah petani yang ada di
sana adalah kediaman pak Agus. Pak Agus berusia ± 46 tahun. Jumlah anggota
keluarga pak Agus ada 2 orang. Pendidikan terakhir pak Agus adalah sekolah dasar (SD). Pekerjaan menjadi
petani di emban sejak beliau berusia 15 tahun. Bisa dikatakan petani adalah
pekerjaan utama beliau. pak Agus menyewa lahan pertanian sawah dengan luas ¼ ha dengan hasil setahun 3 kali panen,ia
menyewa lahan ¼ ha itu selama 2 tahun bengan biaya 10 juta.
Pak Agus Tidak mempunyai lahan tegal
akan tetapi, pak Agus mempunyai
Jumlah hewan
ternak yang di pelihara 8 ekor berupa
ayam.
II.2
Kebudayaan Petani
Dengan luas lahan yang berukuran ¼ ha tersebut, pak Agus Dalam 1
tahun lahan itu hanya ditanami padi,karena memang pak Agus
dari dulu selalu menanam padi tidak
pernah berganti tanaman lain seperti jagung atau kangkung. Dalam bercocok tanam pak Agus pertama-tama menyiapkan jenis padi IR.
Dan rata-rata jenis tanaman yang di tanam pak Agus mengalami
pergantian.Dalam setahun,pak
Agus menanam padi 3x dan panen
setiap 4 bulan sekali.
Pak Agus memakai sistem tanam
demikian karena memang sudah tradisi dalam keluarganya sejak dulu. Untuk proses cocok tanam padi sendiri cara
keluarga beliau adalah sebagai berikut:
Yang pertama tentunya
lahan sudah di siapkan. Mengolah
tanah dengan cara di traktor, kemudian menyiapkan lahan untuk persemian benih. Di lahan persemian
benih ini membuat lubang dengan jarak 23 cm, setiap lubang di isi 3 biji benih padi,
di biarkan tumbuh selama, setelah
itu benih padi yang sudah tumbuh itu dipindah ditanam di lahan yang lebih
luas,dengan jarak 23cm. Jenis pupuk yang digunakan bu Agusti adalah urea dan
phonska,pemupukan dilakukan seperlunya. Sedangkan penyiangan padi dilakukan sebanyak 2 kali
dengan menggunakan tangan. Pak Agus mengairi lahannya dengan menggunakan diesel jika lahan terlihat kering,maka akan di airi, namun tidak sampai menggenang, supaya tidak trlalu becek. Menurut pak Agus selama ia menanam padi tidak ada hama yang
menyerang tanamannya. Pak Agus jarang memakai pestisida,kadang ia hanya memakai obat penghilang rumput(ale akodan), cara memakai dicampur air lalu disemprotkan ke
padi. jika padi sudah muncul buah, dan menguning, lalu sudah merunduk dan sudah berumur 120hari, maka
pak Agus akan panen. Padi di panen menggunakan sabit, setelah itu dirontokkan dengan digepyok.
Setelah digepyok kemudian dibersihkan dari sisa batang yang masih ikut di gabah
nya. Gabah itu langsung di jual ke tengkulak. Beliau merasa sudah cocok dengan pupuk kimia yang dianggap praktis dan menghasilkan hasil berlimpah. Pemupukan dilakukan 2- 3 kali untuk sekali panen. Pak Agus memperoleh cara bercocok tanam ini turun-temurun dari kakek nenek dan
orang tuanya,terkadang juga ada yang dari penyuluh,dengan cara ceramah. Dan
cara itu tidak pernah berubah walaupun sudah turun-temurun.
Dalam
mengelola luas lahan pertanian ini pak Agtidak pernah ada perubahan
luasnya,karena pak Agus menyewa lahan. Kondisi rumah pak Agus saat ini statusnya milik sendiri,dengan
ukuran 5,5 m x 17 m. Berlantai semen, berdinding tembok, beratap genteng biasa. Kendaraan yang dimiliki
adalah sebuah sepeda motor,memiliki sebuah televisi berukuran 14 inch,dan
memiliki sebuah handphone. Kedudukannya di desa adalah warga biasa.
II.3
Stratifikasi Sosial
Pak Agus tidak mengalami stratifikasi sosial
dikarnakan lahan yang dikelola oleh pak Agus sendiri adalah lahan dari menyewa
bukan lahannya sendiri.
II.4
Kelembagaan
Di desa Mangliawan terdapat kelompok tani yang
di ketuai oleh Bapak Naryo.
Pak Agus adalah salah satu anggota dari kelompok tani.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani di desa Mangliawan adalah mengadakan suatu
musyawarah untuk membicarakan masalah-masalah yang muncul dalam bidang
pertanian di desa Mangliawan atau untuk
menarik uang iuran bagi anggota yang mengikuti HIPPA.Manfaat
yang dirasakan oleh pak Agus selama menjadi anggota
kelompok tani adalah banyak mendapatkan bantuan dalam memecahkan masalah yang
timbul dalam sistem pertaniannya selain itu mudah dalam mencari bibit atau benih, pupuk dan alat-alat
pertanian sehingga hasil panen
meningkat dan kualitas padi pun meningkat. Berdasarkan yang
dijelaskan pak Agus, di Desa Mangliawan
terdapat
HIPPA. Namun beliau kurang
begitu mengerti tentang organisasi tersebut. Beliau tahunya adalah waker,yakni organisasi yang menangani irigasi.
Selama menjalankan usahatani, pak Agus pernah meminjam modal dari luar. Beliau mendapatkan pinjaman gari GAPOKTAN.
Untuk sarana produksi usahatani pak Agus seperti
bibit, pupuk kimia(ZA), dan pestisida (Amistakor) dapat beliau peroleh dengan membeli dari seorang penyalur. Selama menjalani usaha tani,pak Agus tidak
pernah membutuhkan modal dari luar keluarga. Tenaga kerja yang dipakai
menggunakan sistem upah harian,denganbiaya sehari 15ribu-20ribu. Tidak semua
hasil panen dijual ke tengkulak,sebagian diambil untuk di bawa pulang untuk
konsumsi sendiri.
II.5
Jaringan Sosial
Pak Agus tidak pernah berhubungan ataupun brkonsultasi masalah
pertanian dengan
PPL,BPTP(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian), kios sarana produksi pertanian, tidak ada kerjasama dalam pemasaran hasil
pertanian. Pak Agus juga tidak
pernah berhubungan dengan bank, dikarnakan syarat-syarat serta bunga yang
dikenakan dari bank menjadi suatubeban teralasansendiri bagi keluarga pak Agus.
II.6
Perubahan Sosial dan Globalisasi
Kondisi pertanian di desa Mangliawan yang sekarang dengan
kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde baru jika dibandingkan adalah sama saja, menurut beliau tidak ada perubahan yang berarti.
Namun terdapat kemunduranpada
kondisi tanahnya .
Menurut pak Agus, kemunduran
ini terjadi karena seringnya menggunakan bahan
kimia seperti pupuk dan penggunaan pestisida yang berlebihan. Selain itu juga
karena banyaknya hama yang menyerang pertanian. Untuk harga hasil pertanian
pada masa reformasi dengan masa orde baru adalah semakin tinggi.Hal ini juga tergantung dengan ongkos produksi dan nilai kurs
rupiah.
Pak Agus kurang
setuju mengenai pemerintah yang sekarang menggalakkan penggunaan pupuk organik
dari pada pupuk kimia karena pupuk organik
di nilai kurang dalam menghasilkan produk
pertanianya,padahal beliau membutuhknan hasil produksi yang banyak dan itu
beliau dapatkan dengan menggunakan pupuk kimia.
Pertanian
sekarang juga mengalami kemajuan karena sudah ada kelomok tani. Hasil pertanian
dari orde baru sampai sekarang juga sama saja,karena uang jaman dlu dgn
sekarang sama nilainya,karena jaman makin maju,nilai mata uang juga berubah
namun nilainya sama. Tanggapan untuk menggunakan pupuk organik setuju saja, namun pak Agus ini belum pernah menggunakan pupuk organik.
Jika lahan mengalami kemunduran itu di lihat dari tanah dan tingkat kekeringan
tanah.
II.7 Kesimpulan
Dari penggamatan sesuai beberapa aspek sosiologis
keluarga pak Agus,
beliau adalah petani yang tergolong sebagai petani yang biasa-biasa saja. Hal
ini dapat dilihat dari kondisi fisik dan materil. Untuk kebudayaannya relative
sama dengan petani-petani lain seperti cara bercocok tanamnya. Beliau sudah
sejak kecil belajar bertani dari orang tuanya, maupun darbeliau hingga sampai
sekarang yang masih bekerja sebagai petani me tetangga-tetanggnya sekalipun di bantu oleh para buruh taninya.
Pak Agus sendiri memperoleh lahan dari menyewa k petani lainnya. Di dalam
masyarakat pun beliau aktif sebagai anggota kelompok tani. Dengan adanya
kelompok tani tersebut pertanian beliau menjadi selangkah lebih maju. Hasil
panennya sebagian dikonsumsi sendiri dan sebagian lagi dijual. Menurut beliau
kondisi pertanian di desa ini sekarang dibandingkan dengan kondisi pertanian
sebelum reformasi atau masa orde baru rata-rata sama saja tetapi juga mengalami
penurunan dalam segi kondisi tanah
yang sudah tercemar oleh berbagai pupuk kimia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar